Mengapa Pendidikan Itu Penting
Sejak positif
hamil anak ke empat, saya memboyong anak-anak untuk tinggal dirumah orang tua
saya dengan berbagai pertimbangan : akses transportasi lebih dekat, juga suami
ingin memulai kembali usaha rumah makan kami yang telah lama ditinggal sejak
tahun 2015. Disamping itu pastinya
karena ada wifi yang membuat saya mudah mengakses internet. Di rumah ortu saya
hanya tingal ayah dan kakak, untuk pekerjaan rumah ada si mbak yang membantu
bersih-bersih, nyuci dan lainnya dari
pagi hingga siang hari.
Rumahnya tak
jauh dari rumah ayah saya, pendidikan
si Mbak ini hanya sampai sekolah dasar. Menurut ceritanya putus sekolah
lantaran tinggal dengan Ibu tiri. Walau Sekolah Dasar tidak tamat, namun untuk
urusan pekerjaan rumah cekatan dan rapi. Suamiya berprofesi sebagai tukang ojek dengan
pendidikan hingga SMP. Namun luar biasanya, mereka sanggup menguliahkan anak
semata wayangnya dan saat ini kuliah seemster tiga diunivesritas negeri di kota
kami. Setahu saya si Mbak ini sangat disiplin terhadap uang, hingga takut
berhutang. Namun sejak anaknya mulai kuliah dia mesti berhemat dengan menyisihkan
400 ribu perbulan dari gajinya untuk
uang kuliah anaknya persemester.
Inilah yang
membuat saya tergeliitk ingin menuliskannya. Singkat cerita, suami si Mbak ini
sudah lama mengeluh kabur dimata sebelah kirinya dan kemungkinan katarak. Lalu
pergilah ke praktek dokter spesialis mata, oleh dokter divonis katarak dan
dikasih obat tetes. Karena katarak harus dioperasi maka di uruslah BPJS kelas
3. Alhamdulilah pengurusan BPJS sehari selesai dan kartu pun sudah bisa
digunakan. Keesokan hari berangkaltah sang suami ke pukesmas untuk meminta
rujukan, kemudian lanjut ke Rumah Sakit Provinsi, dan langsung kedokter
spesialis mata. Setelah dicek oleh
dokter, dikasih obat tetes juga karena mata sebelah kananya ada peradangan
infeksi, (mungkin dulu pernah tonjok – tonjokkan) dan dokter meminta kontrol
kembali dua minggu kemudian.
Selang
beberapa hari, sang suami mengeluh kedua matanya malah menjadi kabur yang
awalnya hanya sebelah kiri saja. Disore hari si Mbak ini datang kerumah, karena
kebetulan kakak saya ada acara makan-makan bersama teman-temanny dirumah.
Dengan wajah cemas si Mbak ini berkata kepada saya
“Kak Ayu,
besok Bapak Nani (sambil menyebutkan nama
anaknya = nama anaknya saya buat samar) mau dioperasi”
“Lho kok, kan
belum ada keputusan dari dokter kapan jadwal operasinya”Jawab saya
“Nggak tahu tu
kak, adik-adik bapaknya udah pada marah-marah kok bisa sampai kabur gitu matanya,
mereka ngotot harus operasi sampai menelpon anggota dewan (mungkin anggota dewan ini kenalan adik-adiknya) agar suruh
langsung operasi” jelasnya panjang lebar dengan wajah gusar.
“Kak, yang
memutuskan operasi atau tidaknya itu bukan anggota dewan, tapi dokter dan
dokter pun tidak bisa langsung bilang besok operasi, kan bapak nani belulm
ketemu dokter lagi, tentu dijadwalkan dulu, dirujuk lagi kedoker bedah” ucap
saya menjelaskan
“nggak tahulah
lah, bingung kami, ” jawabnya
Sayapun hanya
bisa menahan geli dalam hati, urusan sakit pun sampai keanggota dewan J J, tapi cukup perihatin
juga sebab awalnya hanya satu yang kabur, dan sekarang kedua matanya malah kabur.
Keesokan
harinya, suami si Mbak ini pergi lagi ke RSUP untuk bertemu dengan Dokter
kemaren, tidak sendiri namun beserta adiknya menemani. Kata si Mbak mereka
disana sampai bertekak – tekak dengan dokter ngotot minta operasi, tapi dokter
tetap besikukuh bilang jangan dioperasi dulu karena mata satunya lagi infeksi.
Karena merasa
tidak puas lantaran mata satunya lagi ikut kabur, sesuai saran makcik nya untuk
minta rujukan lagi dan coba periksa dengan dokter spesalis mata yang ada di
RSUD Kota. Maka pergilah sang suami ke RSUD, setelah mengantri lama, ketemu
dengan dokter spesialis mata, dokter juga bilang harus segera diperasi dan mata
sebelah kanan infeksi. Lalu oleh dokter mata dirujuk langsung ke dokter
spesialis bedah datang kembali dua hari lagi. Dokter di RSUD juga memberikan
obat tetes mata, katanya sih sudah agak mendingan tidak kabur lagi mata sebelah
kanan.
Kemaren
jadinya suami si Mbak ini kontrol ke spesialis bedah, tadi pagi saya bertanya,
“gimana kak,
kapan operasinya” karena saya pikir hari ini bakal di operasi.
“Nggak tahu
lah kak”, wajahnya pun terliat pucat.
Lanjut si Mbak
Ini
“dokter hanya
kasih obat tetes dulu, karena yang dioperasi itu katarak orang tua, lagian
matanya juga infeksi, tapi adik-adiknya udah pada ngotot minta di operasi
sampai bertekak –tekak pula dengan dokter kemaren”
“Kak,
keputusan operasi itu dari dokter, kalau dokter bilang tidak operasi dulu,
bagus lah. Orang lain banyak sudah di vonis dokter operasi tapi malah tak mau
operasi dan milh pengobatan alternatif, mungkin dokternya ketawa, ini pasien
aneh malah ngotot operasi” jelas saya.
“nggak tahu
lah kak,adik – adik nya ngotot sampai
mau lapr anggota dewan”
Mendengar itu,
saya hanya tersenyum geli, dan lanjut bilang
“coba dulu
obat itu, suruh suami kakak toubat lagi, sholat lagi, nggak minum lagi dan
nggak usah merokok lagi,”
“itu lah kak, pusing kami, dulu gitu
juga pernah muntah darah dan dirawat, katanya mau toubat, tapi balik mimun lagi
pas sudah sehat” jawab si Mbak gusar sambil cuci piring.
***
Begitulah
kisahnya, pendidikan itu penting untuk seseorang dalam melanjutkan hidupnya.
Dalam hidup tak hanya mengandalkan otot saja, tapi otak juga harus dikedepankan
Salam Emaks Blogger
Rahayu Asda
7 komentar
trimakasih telah berkunjung tinggalkan komentar di blog ini terimakasih
ReplyDeleteKalau kurang berpendidikan memang akibatnya berpengaruh pada hidup orang ya, Mbak..
ReplyDeleteKasihan jadinya terbalik-balik..anggota dewan pun dianggap lebih kompeten menentukan operasi daripada dokter
iya mbak, saya pun geli namun kasihan juga urusan sakit sampai keanggota dewan, jika malpraktek mungkin lain cerita..
Deleteitu lah, pendidikan itu penting ya mbak
Jadi pengen ketawa juga mbak, oalaah, kereen yaaa, urusannya bisa sampe anggota dewan. Hahaha
ReplyDeletehi hi hi iya makk
DeleteSaya masih penasaran endingnya gimana, apakah suaminya akhirnya jadi dioperasi atau jadi lapor ke anggota dewan?😅
ReplyDeletePendidikan tu memang urat nadi kehidupan. Saking pentingnya pendidikan sampe dibilang urat nadi.
Bener banget bunda. Aq perjuangan jg nih menempuh pendidikan aq. Kuliah sambil ngajar agar bisa biaya kuliah sendiri. Itu rasanya sesuatu dan nikmat sekali ktika dinyatakan lulu. Kayak bisul pecah rasanya hahaha
ReplyDeleteTerima Kasih Atas Kunjungannya