Mengapa Pendidikan Itu Penting

by - October 06, 2017

Sejak positif hamil anak ke empat, saya memboyong anak-anak untuk tinggal dirumah orang tua saya dengan berbagai pertimbangan : akses transportasi lebih dekat, juga suami ingin memulai kembali usaha rumah makan kami yang telah lama ditinggal sejak tahun 2015.  Disamping itu pastinya karena ada wifi yang membuat saya mudah mengakses internet. Di rumah ortu saya hanya tingal ayah dan kakak, untuk pekerjaan rumah ada si mbak yang membantu bersih-bersih, nyuci dan lainnya  dari pagi hingga siang hari.
Rumahnya tak jauh dari rumah ayah saya, pendidikan si Mbak ini hanya sampai sekolah dasar. Menurut ceritanya putus sekolah lantaran tinggal dengan Ibu tiri. Walau Sekolah Dasar tidak tamat, namun untuk urusan pekerjaan rumah cekatan dan rapi.  Suamiya berprofesi sebagai tukang ojek dengan pendidikan hingga SMP. Namun luar biasanya, mereka sanggup menguliahkan anak semata wayangnya dan saat ini kuliah seemster tiga diunivesritas negeri di kota kami. Setahu saya si Mbak ini sangat disiplin terhadap uang, hingga takut berhutang. Namun sejak anaknya mulai kuliah dia mesti berhemat dengan menyisihkan 400 ribu perbulan dari gajinya untuk  uang kuliah anaknya persemester.
Inilah yang membuat saya tergeliitk ingin menuliskannya. Singkat cerita, suami si Mbak ini sudah lama mengeluh kabur dimata sebelah kirinya dan kemungkinan katarak. Lalu pergilah ke praktek dokter spesialis mata, oleh dokter divonis katarak dan dikasih obat tetes. Karena katarak harus dioperasi maka di uruslah BPJS kelas 3. Alhamdulilah pengurusan BPJS sehari selesai dan kartu pun sudah bisa digunakan. Keesokan hari berangkaltah sang suami ke pukesmas untuk meminta rujukan, kemudian lanjut ke Rumah Sakit Provinsi, dan langsung kedokter spesialis mata.  Setelah dicek oleh dokter, dikasih obat tetes juga karena mata sebelah kananya ada peradangan infeksi, (mungkin dulu pernah tonjok – tonjokkan) dan dokter meminta kontrol kembali dua minggu kemudian.
Selang beberapa hari, sang suami mengeluh kedua matanya malah menjadi kabur yang awalnya hanya sebelah kiri saja. Disore hari si Mbak ini datang kerumah, karena kebetulan kakak saya ada acara makan-makan bersama teman-temanny dirumah. Dengan wajah cemas si Mbak ini berkata kepada saya
“Kak Ayu, besok Bapak Nani (sambil menyebutkan nama anaknya = nama anaknya saya buat samar) mau dioperasi”
“Lho kok, kan belum ada keputusan dari dokter kapan jadwal operasinya”Jawab saya
“Nggak tahu tu kak, adik-adik bapaknya udah pada marah-marah kok bisa sampai kabur gitu matanya, mereka ngotot harus operasi sampai menelpon anggota dewan (mungkin anggota dewan ini kenalan adik-adiknya) agar suruh langsung operasi” jelasnya panjang lebar dengan wajah gusar.
“Kak, yang memutuskan operasi atau tidaknya itu bukan anggota dewan, tapi dokter dan dokter pun tidak bisa langsung bilang besok operasi, kan bapak nani belulm ketemu dokter lagi, tentu dijadwalkan dulu, dirujuk lagi kedoker bedah” ucap saya menjelaskan
“nggak tahulah lah, bingung kami, ” jawabnya
Sayapun hanya bisa menahan geli dalam hati, urusan sakit pun sampai keanggota dewan J J, tapi cukup perihatin juga sebab awalnya hanya satu yang kabur, dan sekarang kedua matanya malah kabur.
Keesokan harinya, suami si Mbak ini pergi lagi ke RSUP untuk bertemu dengan Dokter kemaren, tidak sendiri namun beserta adiknya menemani. Kata si Mbak mereka disana sampai bertekak – tekak dengan dokter ngotot minta operasi, tapi dokter tetap besikukuh bilang jangan dioperasi dulu karena mata satunya lagi infeksi.
Karena merasa tidak puas lantaran mata satunya lagi ikut kabur, sesuai saran makcik nya untuk minta rujukan lagi dan coba periksa dengan dokter spesalis mata yang ada di RSUD Kota. Maka pergilah sang suami ke RSUD, setelah mengantri lama, ketemu dengan dokter spesialis mata, dokter juga bilang harus segera diperasi dan mata sebelah kanan infeksi. Lalu oleh dokter mata dirujuk langsung ke dokter spesialis bedah datang kembali dua hari lagi. Dokter di RSUD juga memberikan obat tetes mata, katanya sih sudah agak mendingan tidak kabur lagi mata sebelah kanan.
Kemaren jadinya suami si Mbak ini kontrol ke spesialis bedah, tadi pagi saya bertanya,
“gimana kak, kapan operasinya” karena saya pikir hari ini bakal di operasi.
“Nggak tahu lah kak”, wajahnya pun terliat pucat.
Lanjut si Mbak Ini
“dokter hanya kasih obat tetes dulu, karena yang dioperasi itu katarak orang tua, lagian matanya juga infeksi, tapi adik-adiknya udah pada ngotot minta di operasi sampai bertekak –tekak pula dengan dokter kemaren”
“Kak, keputusan operasi itu dari dokter, kalau dokter bilang tidak operasi dulu, bagus lah. Orang lain banyak sudah di vonis dokter operasi tapi malah tak mau operasi dan milh pengobatan alternatif, mungkin dokternya ketawa, ini pasien aneh malah ngotot operasi” jelas saya.
“nggak tahu lah kak,adik – adik  nya ngotot sampai mau lapr anggota dewan”
Mendengar itu, saya hanya tersenyum geli, dan lanjut bilang
“coba dulu obat itu, suruh suami kakak toubat lagi, sholat lagi, nggak minum lagi dan nggak usah merokok lagi,”
           “itu lah kak, pusing kami, dulu gitu juga pernah muntah darah dan dirawat, katanya mau toubat, tapi balik mimun lagi pas sudah sehat” jawab si Mbak gusar  sambil cuci piring.
***
Begitulah kisahnya, pendidikan itu penting untuk seseorang dalam melanjutkan hidupnya. Dalam hidup tak hanya mengandalkan otot saja, tapi otak juga harus dikedepankan

Salam Emaks Blogger
Rahayu Asda

Postingan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post yang diselenggarakan oleh Blogger Muslimah Indonesia.

#ODOPOKT5 


You May Also Like

7 komentar

  1. trimakasih telah berkunjung tinggalkan komentar di blog ini terimakasih

    ReplyDelete
  2. Kalau kurang berpendidikan memang akibatnya berpengaruh pada hidup orang ya, Mbak..
    Kasihan jadinya terbalik-balik..anggota dewan pun dianggap lebih kompeten menentukan operasi daripada dokter

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, saya pun geli namun kasihan juga urusan sakit sampai keanggota dewan, jika malpraktek mungkin lain cerita..
      itu lah, pendidikan itu penting ya mbak

      Delete
  3. Jadi pengen ketawa juga mbak, oalaah, kereen yaaa, urusannya bisa sampe anggota dewan. Hahaha

    ReplyDelete
  4. Saya masih penasaran endingnya gimana, apakah suaminya akhirnya jadi dioperasi atau jadi lapor ke anggota dewan?😅
    Pendidikan tu memang urat nadi kehidupan. Saking pentingnya pendidikan sampe dibilang urat nadi.

    ReplyDelete
  5. Bener banget bunda. Aq perjuangan jg nih menempuh pendidikan aq. Kuliah sambil ngajar agar bisa biaya kuliah sendiri. Itu rasanya sesuatu dan nikmat sekali ktika dinyatakan lulu. Kayak bisul pecah rasanya hahaha

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungannya