• Beranda
  • Tentang Saya
  • Kategori
    • Review
    • Curcol
    • Parenting
    • Lomba Blogging
  • Portofolio
  • Daftar Isi
  • Kontak

Rahayu Asda


 

Inilah pengalaman saya melahirkan anak kelima pada tanggal 19 Oktober 2021

                Awal bulan Maret 2021 haid tidak datang, saya tunggu sehari, dua hari juga tak kunjung datang. Seingat saya terakhir datang bulan itu pada tanggal 3 Februari 2021. Badan rasanya nggak enak, malas saja bawaannya plus pusing dan mual “apa saya hamil ?” ucap saya membathin, “tapi rasanya nggak mungkin, kan sudah steril”  bathin saya kembali berargumen. Sebagai perempuan yang berkali-kali hamil tentu saya punya firasat dan hati kecil saya membenarkan jika saya mungkin hamil, sebab apa yang dirasa badan saat itu sama dengan awal-awal kondisi kehamilan yang sudah-sudah. Kemudian saya memberanikan diri ke bidan letaknya di Ladang kongsi, kampung sebelah. Saat itu posisi saya sudah tinggal di Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Solok Selatan.

                Selama perjalanan, saya bawa motor ketempat bidan, pikiran saya berkecamuk, “seandainya saya hamil, bagaimana ?, apalagi saat ini saya tinggal di kampung, nggak ada sinyal lagi, mau ke kota Kabupaten itu jaraknya 30 km, dengan kondisi kehamilan kelima tentu kontrolnya harus kedokter” hal-hal seperti itu yang menari dipikiran saya. Sampai di tempat bidan langsung beli testpack. Bu Bidan menawarkan untuk testpack saat itu juga, namun saya bilang, besok pagi saja bu bidan. Yap, testpack dengan urine dipagi hari kan hasilnya lebih akurat.

                Keesokan harinya sebelum wudhu untuk sholat subuh, saya test dan hasilnya garis dua alias positif. Nelangsa perasaan saya waktu itu, ya Allah ini bagaimana ? saya sudah steril  dua tahun lalu tapi ngapa bisa hamil lagi, ucap saya terus membathin. Ada rasa senang juga dihati kecil saya karena hamil dan punya anak lagi. Tapi melihat kondisi dan riwayat persalinan saya, itu yang selalu membuat saya khawatir. Dan saya kembali ke tempat bidan tersebut, beliau menghitung HPHT dan mengatakan jika usia kehamilan saya sudah masuk lima minggu. Bu bidan juga bilang, jika kesalahan pada saat steril atau dokternya lupa rasanya tidak mungkin, karena jarak dengan anak ke empat sudah hampir tiga tahun. Ada banyak kemungkinan dan pastinya adalah semua atas kuasa Allah swt kun fayakun. Selain memberikan saya buku pink adalah buku KIA (kesehatan Ibu dan Anak), Bu Bidan juga merekomendasikan dokter kandungan di Muaralabuh.

                Seminggu setelah dari bidan, ditemani suami saya pergi ke Muaralabuh untuk bertemu dengan dokter spesialis kandungan. Di Kota itu jadwal praktek dokter kandungan hanya sore dan malam hari. Dengan mengendarai motor, kami menempuh perjalanan sejauh 30 km menuju kota Muaralabuh. Alhamdulilah saat mendaftar antrian, malam itu dokter masih  ada operasi hingga jam 11 malam saya baru bertemu dokter. Dokter Ade Aulia SpOG tempat saya konsul pertama, beliau tidak kaget atau menakut – nakuti, seperti beberapa dokter yang saya temui di Tanjungpinang. Beliau juga bilang, sudah rezeki dari Allah. Ketika di USG kantung janinnya belum nampak, dan menyarankan untuk konsul kembali dua minggu lagi. Sebab kemungkinan bisa hamil diluar kandungan. Kami pulang kerumah melewati jalan yang rusak, dan nggak kebayang sebelah kanan bukit (hutan) sebelah kirinya sungai dan kami tiba dirumah jam 1 malam.

                Dua minggu setelah itu, saya kembali konsul dan tabarakallah posisi janin didalam kandungan, beliau tidak bisa memberi penjelasan banyak penyebab bisa hamil sebab bukan beliau yang menangani proses persalinan keempat. Kemungkinannya adalah saluran tuba yang dipotong menyatu kembali seperti orang yang patah tulang, dimana tulangnya menyatu kembali.  Dokter juga mengatakatan untuk proses melahirkan tidak bisa di Muaralabuh, dan harus dirujuk ke kota Padang, sebab di kabupaten Solok Selatan hanya ada satu rumah sakit dan peralatannya juga belum lengkap, diantaranya NICU untuk bayi yang belum ada.

                Memasuki usia kandungan 28 minggu, saya pindah sementara ke kota Padang sabagai persiapan persalinan. Sengaja saya memilih lebih cepat pergi ke Padang, disamping kehamilan yang semakin membesar, sangat riskan jika terjadi pendarahan atau emergency. Saya tinggal di kampung, nggak ada sinyal seluler, nggak ada mobil juga, dan jarak yang jauh ke kota Muaralabuh. Sering banget ibu hamil di kampung ini, jika melahirkan perlu penanganan dokter selalu dirujuk ke Padang ataupun ke Kota Solok. Nggak kebayang, sedang hamil besar menaiki ambulance dengan rute solok selatan – Padang yang jalannya kayak rolercoster.

                Konsul pertama di Kota Padang di RS. Siti Hawa dengan dokter Helga SpOG. Dokternya masih muda, menghadapi pasiennya tetap dengan bahasa minang J. Setelah tahu riwayat persalinan saya yang sudah 4 kali ceasar, beliau oke-oke saja. Sesuai saran etek adik ayah, untuk mencari second opinion saya juga konsul ke RSIA Mutiara Bunda di Ulak Karang dan bertemu dengan Dokter Kurnia Sari Saiful SpOG. Beliaulah yang membantu persalinan kelima. Dokter Kurnia banyak memberi penjelasan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada persalinan nantinya. Seperti seharusnya dengan riwayat persalinan saya, harus melahirkan di Rumah Sakit besar, saran beliau di RS. M. Jamil atau RS. Ibnu Sina dimana disana ada banyak dokter, stok darah dan ruang ICU jika terjadi pendarahan. Dan, yang paling di khawatirkan adalah jika terjadi pelengketan organ, itu yang nantinya akan menyebabkan perndarahan dan perlu ditangani oleh dokter bedah. Tapi jika memilih disini, katanya lagi bisa saja kebetulan suami dokter Kurnia adalah dokter bedah dan akan stanby bila di butuhkan. Lanjutnya lagi, apapun keputusan saya nantinya, tetap harus banyak berdoa dan sholat istikharah begitu saran dari dokter Kurnia.

                Setelah sholat istikharah, pilihan saya tetap melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Mutiara Bunda dengan alasan saat itu masih pandemi covid dan sangat risakan melahirkan di RS Besar. Pikir saya lagi, disamping itu dokter juga mengharuskan saya untuk menyediakan stok empat kantong darah dan karena saya sudah merasa tidak nyaman, persalinan saya maju 4 minggu dari HPL. Di usia kandungan 37 minggu, sebelum jadwal operasi saya dirawat dua hari untuk transfusi darah karena Hb saya rendan dan suntik pematangan paru janin terlebih dahulu. Agar ketika lahir bayi tidak dimasukkan keruangan NICU.

                Sebelum operasi, usg dulu dan alhamdulilah posisi plasenta sudah di atas. Barakallah pada tanggal 19 Oktober 2021 jam 13.00 wib, masuk ke ruang operasi, setengan jam setelah itu bayi perempuan anak kelima kami lahir dengan berat 3200 gram dan panjang 52 cm. Alhamdullah tidak ada pelengketan organ dan tidak ada pendarahan, jadi hanya tiga kantong darah yang terpakai, dua kantong sebelum melahirkan dan satunya lagi setelah melahirkan.

                Alhamdulillah kondisi saya saat ini sehat dan bayi Fatimah udah berumur 6 bulan. Saya sudah kembali beraktivitas mengajar, dan sudah bisa membawa motor, sesekali mengantar dan menjemput anak-anak dari sekolah. Ala kulli hal, semua yang terjadi pada kehidupan saya adalah karunia dari Allah Subhanahu wata’ala

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



III. Pengalaman melahirkan anak ketiga di RSUD provinsi Kepri.

                Anak ketiga lahir diusia saya yang belum genap 30 tahun. Pernah sih terbesit dipikiran waktu itu “yaah, sebelum umur 30 tahun, minimal udah punya anak tiga lah”.  Perkataan itu memang sebagian dari do’a. Allah aminkan ucapan saya, ketika anak kedua baru berusia 2 tahun dua bulan saya terlambat haid. Seingat saya waktu itu hari keduapuluh Ramadhan pertengahan tahun 2012. Badan rasanya memang nggak enakan, meriang dan mual. Pengalaman yang sudah dua kali merasakan proses kehamilan saya sudah menduga jika saat itu saya juga sedang hamil dan nyatanya setelah beli testpack hasilnya garis dua alias positif.

                Nano – nano rasanya,  senang iya, khawatir juga apalagi kedua anak yang masih balita. Namun apapun takdir dari Allah tetap harus di terima dengan lapang hati. Posisi saya masa itu sudah tinggal di Kota Tanjungpinang, selama kehamilan kontrol dengan dokter Defri, S,pOG yang saat itu klink tempat beliau prakter di kampung baru. Seperti ucapan dokter sebelum-sebelumnya karena udah pernah ceasar sebaganya dua kali, maka untuk anak ketiga juga proses melahirkannya harus ceasar. Fix ya, jadi pas anak ketiga ini memang udah mempersiapkan mental untuk melahirkan dengan tindakan operasi dan nggak perlu nunggu kontraksi. Saat kontrol dokter juga menawarkan untuk tindakan steril, namu suami masih belum memberi izin untuk dilakukan kb steril pada persalinan anak ketiga.

                Kata orang melahirkan ceasar nggak perlu nunggu sakit dulu atau kontraksi. Tapi tahukah kalian, semua ibu hamil, proses persalinan ceasar maupun normal selain merasakan mual, pusing dan muntah, semua ibu akan merasakan beratnya masa kehamilan, apalagi kehamilan yang semakin membesar, seperti : susah tidur, susah miring kekiri maupun kekanan,  dan yang paling sakit itu adalah rasa nyeri di perut bagian bawah terus nyerinya hingga kedua pangkal paha karena bayi akan mencari jalan lahir.

                Setelah minta rujukan dokter untuk melahirkan di RSUD Provinsi Kepri, hari Sabtu tanggal 23 bulan Maret 2013 siangnya ba’da zuhur saya dan suami berangkat ke Rumah Sakit, akibat rakit dibawah perut yang tidak tahan lagi. Sore itu juga dokter langsung mengambil tindakan operasi. Pada proses melahirkan anak ketiga ini yang paling saya ingat adalah selain dokter Defri tipikal dokter yang santai dan tidak menakut – nakuti pasien, diruang operasi asisten anestesinya adalah perawat perempuan, saya sampe saat  ini tidak kenal, selama proses persalinan terus saja membisikkan kalimat dzikir kepada saya. Selalu terus mengatakan dzikir ya bu, pusing bu, sesak bu jangan tidur ya bu” . Hal itu yang membuat saya merasa nyaman menghadapi persalinan anak ketiga dan pada hari Sabtu tanggal 23 bulan Mater tahun 2013 pukul 15.30 anak ketiga lahir dengan berat 3000 gram dan panjang 50 cm.       Oh iya saat anak pertama lahir usia anak pertama 4 setengah tahun dan anak kedua tiga tahu.

                Empat tahun berlalu, pada pertengahan tahun 2017, saya kembali merasakan pusing, mual dan meriang pastinya juga telat haid juga dan setelah beli testpack hasilnya pasitif. Untuk proses kelahiran anak keempat, bisa baca tulisan saya disini  Operasi  Ceasar Empat Kali, Mau Tau Rasanya?


Bersambung part 3disini 

CERITA KEHAMILAN

Lima Kali Melahirkan Secara Ceasar ? Mau Tahu Rasanya (part 3)


 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Operasi Caesar atau operasi sesar adalah salah satu proses persalinan atau proses mengeluarkan bayi dari rahim calon Ibu tanpa melalui jalan (liang) lahir atau vagina, melainkan melalui pembedahan yang dilakukan di perut Ibu (laparatomi) serta rahim (histerotomi) calon Ibu. Nah, disini saya akan ceritakan pengalaman melahirkan kelima anak dan semuanya melalui proses operasi ceasar. Tak banyak memang ibu yang bisa melahirakn ceasar sebanyak itu, bahkan dokter juga menyarankan hanya boleh tiga kali operasi ceasar. Tentu  akan ada pertanyaan kok bisa ceasar sih, apa tidak bisa diusahakan melahirkan secara spontan atau normal. Baiklah, saya akan ceritakan step by stepnya dari proses melahirkan anak pertama hingga anak kelima.

I.                    Kisah saya melahirkan anak pertama 24 September 2008

Awal Februari 2008 saya postif hamil anak pertama dengan usia kandungan 4 minggu. Saya menjalani kehamilan layaknya ibu-ibu hamil pada umumnya. Pusing, mual, muntah pada trimester pertama, yang demikian itu adalah suatu kewajaraan saya sangat bersyukur karena bisa menjalani masa-masa kehamilan secara normal selama sembilan bulan, hingga pada pada tanggal 23 bulan September yang juga saat itu bulan Ramadhan, jam dua dini hari saya sudah merasakan mulas dan keluar lendir bercampur darah. Karena belum ada pengalaman sama sekali juga ingat pesan almarhum ibu untuk melahirkan di rumah sakit, maka berangkatlah saya dan suami subuh itu juga ke RS AL Tanjungpinang.   Di Rumah sakit ada bidan jaga yang menangani saya, pas saat mengecek bukaan, baru bukaan pertama. Oleh bidan saya di suruh untuk berjalan-jalan agar bukaannya bertambah. Setiap beberapa waktu bidan mengecek bukaan, hingga malam hari bukaannya  bertambah hanya sampai bukaan 6.

Setiap nambah bukaan saya juga merasakan kontraksi dan sakitnya itu luar biasa.. jadi saya juga pernah merasakan rasa sakit menjelang melahirkan. Pada pagi harinya bukaan tidak bertambah, tidak terasa lagi kontraksi  dan gerakan bayi semakin melemah. Lalu dokter menyarankan untuk mengambil tindakan operasi. Suami setuju dan keluarga juga setuju, maka saat itu adalah operasi ceasar pertama dan oparasi ketiga yang saya alami selama hidup saya. Tepatnya hari Rabu, 24 September 2008 atau 24 Ramadhan, jam 10 pagi saya masuk keruang operasi.  Alhamdulillah operasi berjalan lancar, saat itu dokter anestesi mengambil tindakan bius lokal/ setempat (anastesi spinal), lahirlah bayi perempuan anak pertama kami dengan berat 3 kg dan panjang 50 cm. Setelah bidan memperlihatkan bayi saya dan jenis kelaminnya kemudian saya dibius seluruhnya. Adapun dokter yang membantu persalinan saya adalah dokter Basit SpOG.

Nah, seringkali saya dapat pertanyaan, kok bisa ceasar sih ? ya itu tadi, dari awal anak pertam akan lahir, bukaannya tidak maju-maju hingga diambilah tindakan operasi.



II.                  Pengalaman melahirkan ceasar anak kedua, 4 Maret 2010

Anak pertama usia 9 bulan, belum lagi bisa berjalan, baru bisa merayap dan tegak di dinding saya positif hamil anak kedua  juga dengan usia kandungan 4 minggu. Semua rasa bercampur saat itu antara senang juga khawatir. Khawartir sebab jarak  dengan anak pertama yang berdekatan. Saya menjalani masa kehamilan anak kedua dengan sangat berat. Dalam kedaan mual, pusing dan selalu ingin muntah saya tetap harus mengurus anak pertama yang sedang aktif, tidak bisa di tinggal juga harus selalu dalam pantauan. Karena menghadapi keaktifan anak pertama yang memang sedang masa-masanya belajar merangkak dan berdiri, rasa pusing dan mual tidak terlalu saya hiraukan.

Pada bulan Oktober 2009, di usia kandungan 5 bulan saya ikut suami ke Malaysia, disana suami mengajar pada salah satu ma’had tahfiz terletak di Bangi Selangor Malaysia dekat dengan kampus Universitas Kebangsaan Malaysia. Dengan suami, kami memutuskan untuk melahirkan di Malaysia karena biaya melahirkan jika nanti akan operasi ceasar lebih murah dari pada di Indonesia. Setiap dua minggu sekali saya rutin kontrol di klinik, kalau bahasa sininya pukesmas. Setiap kontrol selalu cek darah dan cek urine dengan biaya 30 ringgit Malaysia. Ada yang beda dengan di negara kita dimana, pemerintah disana sangat memperhatikan ibu hamil dan ibu-ibu yang akan melahirkan, Jika saya tidak datang kontrol ke klinik Bangi pada tanggal yang telah dijadwalkan maka perawat akan menelpon dan menanyakan alasan ketidakhadiran di klinik.

Memasuki usia kandungan 30 minggu saya dirujuk ke rumah sakit besar. Kami memilih untuk melahirkan di Hospital Putrajaya Malaysia. Disana saya bertemu dengan dokter yang lebih senior dan bertanya kondisi  kehamilan anak pertama secara detail seperti : usia anak pertama, jenis kelamin, alasan operasi ceasar pertama hingga berapa hari dirawat di rumah sakit ketika melahirkan anak pertama. Oleh dokter tersebut saya di usahakan untuk tetap melahirkan normal dengan catatan berat janin tidak boleh lebih dari 3 kg dan lagi saya disuruh menunggu sampai terasa kontraksi. Saat itu dokter bilang jika anak kedua nanti operasi maka, anak selanjutnya harus lahir secara ceasar, maka kali ini di usahakan untuk bisa melahirkan secara normal.

Hari berlalu, namun tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, sementara saya semakin kepayahan. Karena sudah tidak tahan lagi merakasan sakit di perut bagian bawah juga sel*gka*g. Saya kerumah sakit dan oleh dokter jam 2 siang atau jam 14, di ambil tindaka operasi. Maka  pada hari Kamis, 4 Maret 2010 lahirkan anak kedua kami berjenis kelamin laki-laki dengan berat 3400 gram dan panjang 54 cm.

Jadi disini udah jelas ya anak pertama dan kedua lahirnya melalui tindakan operasi,

Yuk lanjut pengalaman melahirkan anak ketiga 

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

 

Begini Bedanya Hidup Di Kota Dengan Di Desa

 


                Saya lahir dan besar di Kota Kecil Tanjungpinang, kota yang kini menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Karena sudah biasa tinggal di perkotaan dengan segala kemudahan fasilitas, apalagi sudah ada layanan online seperti gojek dan grab. Begitu juga ingin makan sesuatu tinggal pesan melalui aplikasi, juga belanja online dengan ongkos kirim yang relatif murah.

                Dan kini saya dihadapkan dengan kenyataan bahwa saya harus tinggal di desa, dan mengajar dipondok pesantresn di pelosok Sumatera Barat.  Pelosok, mengapa saya menyebutnya pelosok, sebab daerahnya masih susah sinyal seluler, jadi jangan mengharapkan untuk bisa browsing internet apalagi bermedsos ria sambil baca cerbung KBM. Aplikasi online ingin ada disini?, anggap saja hanya mimpi, karena angkutan umum juga tidak masuk di kampung ini. Transportasi sehari-hari hanya menggunakan motor. Letak kampung tempat saya tinggalsaat ini berada di lembah bukit barisan, hal itu yangmenyebabkan sinyal terhalang bukit dan sinyal seluler mengap-mengap. Dari jalan lintas sekitar delapan kilo meter Solok – Muaralabuh dan sekitar 80 kilometer dari Kota Padang ibu kota provinsi Sumatera Barat. Untuk bisa kesini jalannya cukup menguras adrenalin, dengan mendaki bukit yang kemiringannya sekitar 120 derajat, sisi kiri jalan adalah tebing dan sisi kanan jalan adalah jurang.   


                Enyahkan sifat manja, jangan lebay apalagi baper karena telah terbiasa dengan kemudahan fasilitas. Mau tidak mau, suka tidak suka kata-kata wonderwomen sepertinya bisa melekat pada diri emak blogger ini, wkwkwkw. Karena tiap hari mesti ngantar anak sekolah dengan motor melewati jalan bergelombang dan berliku.  Makanya teman-teman saya di asrama dulu tangguh-tangguh dan kuat mental, sebab alam Sumatera Barat sangat menantang dan mengajarkan agar kuat bertahan hidup. Duhhh segitunya ha ha ha.

                Nah, setelah sekian purnama hidup disini, maka saya mau tuliskan bedanya hidup didesa dengan dikota.

Pertama, Segi Ketenangan

Tinggal di desa lebih tenang dan nyaman tentunya sebab masih ada hutan, banyak sawah dan ladang serta pepohonan hijau, jadi udaranya sejuk dan adem, trus kalau mau mandi pagi hari, airnya seperti rasa air dalam kulkas sangking dinginnya. Nah, dengan dikota, tahu sajalah karena sudah penuh dengan rumah-rumah, pohon-pohon ditebang dan polusi udara dimana-mana. Tenang versi saya juga kebutuhan pokok buat makan sehari-hari bisa setengah dari harga kota, nggak terlalu pusing dengan harga-harga naik apalagi berita hoaxs yang bertebaran di medsos. Tentang virus corona juga orang kampung slow saja, masa pandemi dua tahun lalu itu ngga terasa banget di kampung.

 

Kedua, Susah sinyal




Susah sinyal dan sulitnya akses internet. Seperti yang saya bilang diatas tadi, dikampung ini susah sinyal. Hal ini karena kampung tempat saya tinggal berada di lembah dan dikelilingi perbukitan bukit barisan. Sinyal dari tower operator terhalang oleh bebukitan. Jadi jaringan di sini adalah jaringan GSM alias Geser Sedikit Mati. Beda dong dengan di perkotaan yang jaringannya sudah 4G, akses apasaja lancar jaya, bisa gunakan aplikasi apa saja.

 

Ketiga, keramahan penduduk

Meminta garam, bawang atau bumbu-bumbu dapur yang kebetulan sedang tidak ada dirumah ketetangga adalah hal biasa. Kalau lihat itu Saya jadi teringat kenangan masa kecil di Tanjungpinang dimana hubungan dengan tetangga sudah seperti saudara, biasa juga meminta bumbu dapur dan saling tukar-menukar makanan. Jika sekarang jangan harap akan bisa seperti itu di Kota, meminjam garam ke tetangga, kamu bakalan dicurcolin sama tetanggamu di grub curhat emak-emak di facebook ha ha ha.

Keempat, tamu langsung masuk kerumah

Di kampung itu tamu itu langsung masuk kerumah, baik laki-laki maupun perempuan walaupun misal suami lagi tak dirumah, ada yang datang nyampaian kabar begini atau ada jemputan undangan. Maka suami pesan selalu kunci pintu, kalau suami tak dirumah dan ada tamu, lihatnya dari jendela saja wkwkwkw.

Tinggal di kota maupun didesa masing-masing ada istimewanya, Namun terkadang satu sisi jiwa manusia juga butuh yang namanya ketenangan, maka solusianya memang membangun rumah dipedesaan wkwkwkkw. Ngayal dot com akyuuuuuu

 

 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar




Katakanlah sekarang, kalau kau tak bahagia
Kurela kau dengannnya, asal kau bahagia


Sebuah lirik lagu keluar dari mulut mungil anak tetangga yang baru berusia empat tahun, yang saya dengar saat mengobrol dengan orangtuanya disuatu sore. Dulu pertengahan tahun 2000 an dimana sebagian besar stasiun televisi menampilkan tayangan ajang pencarian bakat, khusus buat anak-anak dan saya ingat benar masa itu sedang hamil anak pertama. Ajang pencarian bakat pada salah satu stasiun televisi nasional menampilkan pencarian bakat anak melalui seni tarik suara. Semua peserta yang masa itu masih berusia anak-anak dibolehkan menyanyikan lagu-lagu orang dewasa tentunya tidak jauh-jauh dari tema cinta, perselingkuhan maupun patah hati.

Saya kemudian teringat masa saya masih anak-anak dimana bibir ini dengan gembira menyanyikan lagu anak-anak seperti  : Abang tukang bakso, Du didu didam, si komo lewat, tanteku cerewet, si lumba-lumba dan banyak lagi. Apalagi siaran lagu anak di TVRI setiap hari Minggu dan hanya tayang satu kali sepekan, menantikan siaran tersebut sungguh membuat hati sangat bahagia. Setelah memasuki tahun 2000 an dimana saat itu saya sudah SMA tak terdengar lagi lagu anak – anak terbaru hingga sudah memiliki anak pun saat ini, pencipta  lagu anak seolah hilang ditelan zaman. Apalagi kini, hiburan dan informasi tidak hanya dari televisi dan radio. Ada internet yang membuat semua orang bisa mengakses apa saja, termasuk anak-anak yang bisa melihat dan mendengar hiburan dari media sosial. 

Industri musik semakin gencar menciptakan lagu – lagu orang dewasa dan tanpa kita sadari anak-anak kita saat ini sudah terjebak dan fasih menyanyikan lagu – lagu orang dewasa. Tentu akan berdampak pada perkembangan psikologi anak, seperti yang dilansir dari tirto.id  menurut psikolog anak Ratih Ibrahim bahwa idealnya anak-anak memang menyanyikan lagu anak. Namun anak-anak juga boleh menyanyikan lagu orang dewasa asal konten atau liriknya  tidak mengandung unsur seks, pornografi, perselingkuhan dan kekerasan. Lagu-lagu yang mengandung unsur kebencian dan kemarahan akan mencederai kepolosan anak. Senada dengan Ratih, psikolog Probowatie Tjondronegoro juga mengatakan bahwa lirik pada lagu bisa memancing anak untuk menanyakan hal yang sebetulnya belum saatnya untuk diketahui, anak-anak akan terus mencari jawaban dari orang tua, teman maupun internet untuk memuaskan pengetahuannya. 

Dampak dari semua itu adalah anak akan dewasa sebelum waktunya, mereka akan mudah terbawa emosi dan cara berpikir anak akan mulai terganggu. Oleh karena itu anak-anak sedini mungkin harus kembali kepada fitrahnya, dengan terbiasa mendengarkan lagu anak-anak yang bertema ceria dan penuh semangat. Adapun mendengarkan lagu anak-anak sesuai usianya memeliki beberapa manfaat antara lain :

Pertama, mencerdaskan otak anak, hal ini dikarenakan adanya getaran musik didalam lagu yang bisa masuk ke dalam jiwa anak melalui neuron di otak, jutaan neoron itu akan menjadi aktif dan bisa meningkatkan kecerdasan. Kedua, melatih kemampuan berbahasa anak, dengan bernyanyi mengikuti lirik, anak dapat belajar mengenal aneka kata yang ada dala lirik lagu tersebut. Ketiga meningkatkan kreatifitas, orang tua bisa merubah lirik lagunya untuk merangsang kreativitas anak.

Mengenal lebih dekat Chanel Youtube Hoala Koala 



Chanel Hoala Koala adalah sebuah chanel youtube lagu dan animasi anak yang berisi lagu anak-anak dengan karakter animasi 3D. Chanel ini lahir atas keresahan akan lesunya industri musik anak-anak sehingga anak-anak lebih sering mendengarkan lagu-lagu dewasa. Chanel Hoala Koala diinisiasi oleh PT. Amnar Awandi Kazoku dipertengahan tahun 2020 lalu. Chanel ini menawarkan kualitas visual, dengan karakter berbentuk animasi 3D dan juga menyuguhkan musik – musik ceria yang bisa dinikmati anak-anak.

Banyaknya Karakter

Hoala  & Koala adalah karaktekter sepasang sahabat yang sangat gemar menyanyi. Selain Hoala kala ada karakter pendukung lain seperti Ayah, Ibu, miss jeruk , Rubin si rubah, Lincul si ular, Burhan si burung dan lainnya. Ada 12 karakter yang ada di animasi dan semuanya bisa bernyanyi.  Dengan menampilkan karakter dan suara yang bervariasi  diharapkan dapat menghibur anak-anak. 

Mengapa animasi 3D ?

Karakter Hoala & Koala adalah karakter animasi 3D, yang bertujuan bahwa animasi 3 D tidak lekang oleh waktu dalam berkontribusi pada musik anak, tanpa mengkhawatirkan anak-anak akan tumbuh menjadi dewasa dan mengalami perubahan suara. 

Mengingat akan pesatnya perkembangan zaman tentu penggarapan musik Hoala & Koala dilakukan sangat serius dan matang dan tidak lagi menggunakan musik – musik sederhana seperti lagu anak-anak terdahulu. Tim Hoala & Koala melibatkan musisi internasional serta banyaknya alat musik yang dipakai dalam penggarapan album seperti saxephone, terompet, double bass, trombon juga instrumen etnik Indonesia seperti gamelan dan angklung. Disamping itu kualitas vokal dapat disandingkan dengan musik luar genre anak-anak. Hoala & Koala sudah memiliki 5 album dan lebih dari 45 lagu anak-anak.

Kehadiran chanel Hoala & Koala bagaikan oase bagi para orang tua untuk bisa mendampingi anak sesuai dengan perkembangan usia mereka. Saat ini anda bisa melihat Hoala & Koala memalui chanel youtube Hoala Koala, Spotify hingga iTunes.

Yukks Moms, dampingi anak-anak dengan chanel edukasi lagu anak indonesia


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

 


Membacakan  buku pada anak-anak lebih baik dari pada belajar sebanyak sepuluh kali

                Begitu kira-kira ungkapan pemateri saat saya menghadiri pertemuan orang tua dengan pihak sekolah beberapa tahun lalu. Saat itu ada sesi parenting berupa pemaparan materi tentang manfaat membacakan buku pada anak. Pemateri tersebut notabanenya adalah Ibu kepala sekolah tempat anak saya menuntut ilmu.       

                


                Berkaitan dengan membaca, Senin, 11 Mei lalu saya berkesempatan mengikuti online gathering Blogger Perempuan bersama Lets Read Indonesia. Sebuah perhelatan online via Zoom dan di ikuti oleh 72 peserta kesemuanya adalah perempuan alias emak-emak blogger.   Pada webinar ini mengangkat topik : Buku - Bekal Anak Bertumbuh. Mengapa harus buku, yaa … ibarat kata pepatah buku adalah teman yang setia sepanjang masa, juga seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Ely Risman seorang  psikolog dan pakar parenting bahwa untuk mengalihkan perhatian anak dari gedget adalah dengan buku.  Namun untuk mengenalkan buku pada anak tidaklah mudah mengingat tantangan yang dihadapi para orangtua saat ini, pandemi yang mengharuskan anak-anak belajar daring. Mau tidak mau, suka tidak suka anak-anak mulai dari kelas satu SD sudah memiliki dan bisa mengakses internet dan sebagian besar telah memiliki gadget sendiri-sendiri.  Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan penting dalam memantau aktivitas anak saat memakai gadget. Bahkan seperti yang dikeluhkan seorang teman saat anaknya belajar daring, ada beberapa guru yang berhalangan hadir padahal sang anak telah standby untuk menerima materi, walhasil waktu jam kosong membuat anak mengalihkan rasa bosan menunggu dengan bermain online atau berselancar melihat video youtube dan aplikasi tiktok.

                Oleh karena itu, perlu adanya edukasi buat para ibu dalam mendampingi anak-anak bertumbuh. Diperlukan seni khusus untuk mengalihkan anak-anak sejenak dari gedget dengan menjadikan buku sebagai minat baca buat anak-anak. Lets Read Indonesia memberikan solusi buat para bunda untuk bisa memberikan bacaan bergizi buat anak-anak.

Tema dan Materi Webinar Buku – Bekal Anak Bertumbuh

Webinar Letsread Indonesia bersama Blogger Perempuan Network menghadiri dua orang nara sumber yaitu :

1.       Ibu Roose Setiawan, Founder Reading Bugs, penulis buku membaca nyaring dan penggagas Komunitas Read Aloud Indonesia

2.       Elsa AgustinSocial Media Content Develoment The Asia Foundation Indonesia

Mengenal lebih dekat Letsread Indonesia.



Letsread Indonesia adalah perpustakaan digital buku cerita anak yang didirikan oleh komunitas literasi The Asia Foundation. The Asia Foundation berdiri sejak tahun 1955, salah satu program dari The Asia Foundation adalah Book For Asia (BFA) berupa donasi sebanyak 3,5 juta eksemplar buku hal ini bertujuan untuk memajukan literasi di Indonesia. Karena ada beberapa hambatan berupa sulitnya distribusi buku-buku tersebut kepulau-pulau dan menyebabkan rusaknya buku karena proses pengiriman maka diperkenalkanlah Let’s Read pada tahun 2017. Let's Read adalah cerita bergambar digital, untuk PAUD dan SD kelas rendah, diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, dapat diunduh dan dicetak secara gratis tapi bukan untuk diperjualbelikan.  Read Aloud Indonesia ini memiliki visi membuat anak Indonesia pembaca sepanjang hayat dan misinya menjadikan read aloud sebagai budaya di keluarga, sekolah dan masyarakat.

 

Tips Membaca Nyaring Bersama Ibu Roosie : Membudayakan Read Aloud Ditengah Masyarakat

Materi yang di sampaikan oleh ibu Rosie Setiawan, Founder Reading Bugs penulis buku Membaca Nyaring. Beliau penggagas Read Aloud Indonesia dan mendirikan komunitas Read Aloud Indonesai yang anggotanya telah tersebar di seluruh Indonesia.

Mengapa harus read aloud, agar minat baca anak-anak terus melekat, membudaya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Beliau juga mencontohkan teknik membaca nyaring pada anak-anak dengan bahan bacaan dari aplikasi Letsread Indonesia. Read aloud atau membaca nyaring berbeda dengan mendongeng. Membaca nyaring lebih menekankan kegiatan membaca serita sesuai dengan kosa kata yang ada dalam cerita. Membaca nyaring bertujuan agar si Anak lebih perhatian dan fokus kepada kosa kata yang didengar. Hal ini tentu akan menambah kosa kata anak.

Mengapa Harus Membaca Nyaring

-          Membaca nyaring dapat mengasah ketrampilan dasar anak

Ketrampilan dasar dianatarnta adalah wawasan dan kosa kata anak terus bertambah,serta menjadikan anak paham bahwa kegiatan membaca itu menyenangkan.

 

-          Menambah kedekatan anak dengan orang tua (bonding)

Dengan seringnya orangtua membacakan buku cerita pada anak, akan menambah kedekatan orang tua kepada anak. Anak menjadi lebih terbuka dan anak menjadi pendengar yang baik.

 

Mengikuti webinar ini saya menjadi mendapatkan ilmu baru tentang readaloud, apalagi saat ini dengan adanya aplikasi letsread Indonesia para orang tua tidak perlu lagi repot untuk membelikan buku bacaan untuk anak-anak. Bunda cukup menginstal aplikasi readalod di playstore. Saya sudah mencobanya membacakan cerita kepada Khadijah 3 tahun dan ternyata dia sangat menyukainya.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


 #Mudik, situ yang senang, kami yang ketakutan


Saya mau cerita tentang mudik dan lebaran tahun lalu dimana saat itu pemerintah sedang memberlakukan PSBB dan semua kota di lockdown.

Apalagi eforia mudik selalu kerasa setiap tahun, istilahnya lebaran itu kalau nggak mudik nggak afdhal.


Februari 2020 tepatnya sebulan sebelum pemerintah memberlakukan lockdown diseluruh kota, dan covid belum masuk ke Indonesia, Saya ikut suami pindah kekampung halamannya dipelosok Sumatera Barat. 


Pelosok, karena kampung suami terletak di lembah-lembah bukit barisan dan tentunya tidak ada jaringan seluler alias susah sinyal. GSM istilahnya, geser sedikit mati. 

Disana saya mengajar di pondok pesantren dan juga telah disediakan rumah disekitar pesantren.


Sebagai guru baru dan sedang semangat-semangatnya mengajar ada perasaan sedih karena sekolah diliburkan karena corona. Para santri dipulangkan dan belum ada kepastian kapan akan masuk sekolah kembali.


Lanjut memasuki ramadhan, khabar covid yang saya dengar semakin mengerikan. Sesekali saya cek pesan whatapps dengan cari sinyal dan harus menempuh 8 km keluar kampung untuk dapatkan sinyal 4G. 

Info-info di grub-grub we a pun bikin saya ngeri soal virus ini.

Malah ada tulisan yang bilang, kalau udah dijemput dengan ambulance, mungkin itu kali terakhir bertemu kelurga, huff pokoknya mengerikan masa itu.

Sampai kami mulai menyetok makanan, jika misal keadaan semakin parah dan mobil pengantar bahan makanan tak masuk kekampung.

Tapi kata suami, di kampung nggak perlu khawatir, sebab masih bisa makan  dari tumbuh-tumbuhan, nggak masuk gas, masih bisa masak dengan menggunakan kayu bakar. Yang perlu disetok hanya garam sebab kami dipegunungan.


Aktivitas di kampung tetap seperti biasa, karena nggak ngajar saya dan suami mulai membuka ladang baru. Kami mulai bertani, menanam jagung waktu itu.

Saya bersyukur, masa pandemi dimana orang-orang kota  pada dirumahkan dan tidak bekerja, orang-orang kampung masih tetap produktif setiap pagi pergi ke ladang masing-masing.

Bulan puasapun begitu, karena diladang tak bertemu dengan orang banyak, hanya cangkul dan tanaman yang dihadapi.


Ramadhan hampir berakhir, saya tanya ke para tetangga yang anak-anak mereka di rantau, kebanyakan tidak bisa pulang karena corona dan mereka yang dikampungpun cukup memahami.


Saya telpon adik ipar pun, yang biasanya pulang setiap lebaran pada tidak bisa pulang. Mereka khawatir kalau pulang bakal menyusahkan keluarga, virus bakal menyebar dan orang-orang tua banyak yang rentan. 

Bisa-bisa apa (panggilan untuk ayah mertua) nggak bakal diminta mendoa karena warga takut anaknya ada yang pulang dari rantau. Begitu kata adik ipar.


Adik suami yang paling kecil yang bisa pulang, itupun dia pulang sudah jauh - jauh hari sebelum Ramadhan, sebelum ada PSBB.

Waktu dia pulang pun, pas saya kerumah mertua dia bilang “uni jaga jarak, karena baru pulang” 

Saya bilang sama anak-anak nggak usah dekat-dekat dulu sama tantenya karena baru dari Padang.


Di kampung saya hanya mendengar berita corona begini-begini, ada yang positif di Muaralabuh, ada yang ayahnya meninggal sesak nafas dalam perjalanan ke Padang, sebab anaknya pulang dari Jakarta, ada yang satu keluarga postif setelah menjemput anaknya dari Padang dan segala macam yang bikin ngeri. Akan tetapi di kampung tetap saja aktivitas seperti biasa, sholat tarawih dan sholat jum’at tetap diadakan. Mendoa kerumah-rumah masih tetap ada.


Mendekati hari raya waktu itu ada cerita lucu kalau saya ingat-ingat.

Karena corona ini tentu banyak yang tak bisa pulang kampung, jadi setiap ada yang pulang dari rantau langsung jadi bahan pembicaraan amak-amak di lapau.

Anak siini pulang, anak si itu pulang. Tentunya kami dikampung agak sedikit merasa geram, dah nggak boleh mudik, nekat pula pulang. Kami khawatir yang mudik bawa virus dan kampung yang biasanya aman-aman jadi tertular.

Tentu banyak yang kemudian mulai menjaga jarak dengan keluarga yang didatangi dari rantau.


Nah, pas tiga hari menjelang lebaran.

Saya dapat cerita dari amak-amak di lapau. Ada tiga anak muda pulang dari Padang menyeludup naik mobil kampas (mobil kamps, mobil yang membawa 

bahan-bahan makanan dari kota) trus dijemput sama keluarganya di simpang. 

Ketiga anak muda itu tinggalnya satu jorong sama Saya, malah satunya lagi tetangga.

Dan malamnya pak jorong mengumumkan lewat toa mushala agar ketiga anak muda itu melakukan isolasi mandiri selama 14 hari.

Tentu kami dikampung khawatir kalau-kalau mereka OTG.

Sampai-sampai karena warga ketakutan, nggak ada yang tarawih di mushala, sebab anak yang pulang dari Padang itu, Ayahnya jemaah mesjid dan rajin ke mesjid.

Banyak yang menghindar dengan bapak tersebut. Itu baru kami ketahui saat bapak tersebut datang kerumah menitipkan zakat fitrah, sambil curhat kesuami beliau merasakan respon warga saat anaknya pulang dan orang-orang banyak yang menghindar dari beliau, dan hal itu membuat beliau merasa sedih.


Saat malam idul fitri, suami bilang “hati-hati sama si ini, anaknya baru pulang dari padang dijemput pakai mobil dan kurang sehat”

Gegera itu, paginya saya dan anak-anak tak jadi sholat dimushala, khawatir ybs ikut juga shalat idul fitri, wkwkwkw.

Tapi rupanya kata adik ipar mereka sekeluarga sholat iednya di masjid dekat rumah mertua, ketemu sama adik ipar dan sedikit kesal bilang “ ikut juga sholat idul fitri, padahal baru dari Padang, nggak pakai masker lagi”

Sambil meminta mertua untuk tidak dekat-dekat dan tidak salaman.


Yaah, begitulah cerita ramadhan tahun lalu, saat berita berita corona tampak mengerikan dan orang-orang kampungpun sering khawatir sama mereka yang baru datang dari kota.


Namun, saat idul adha, yang tidak pulang idul fitri banyak yang pulang dan suasana biasa-biasa saja nggak ada lagi rasa takut dari kami yang tinggal dikampung.

Tapi kini, menjelang lebaran berita-berita covid ini kembali mengerikan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Penulis


Ibu lima anak, lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Arab yang senang menulis, dan sekarang berprofesi sebagai ghost writer, content writer dan blogging mentor
Baca Selengkapnya >

: hafizhafizah32@gmail.com

: +62853 6423 8802


Komunitas


Yang Banyak Dibaca Bulan Ini

  • Cara Membuat Profil About Me Keren di Blogspot
    Jika anda ingin membuat profil blog keren, dengan widget html/javascript, ini langkah-langkahnya :  eh tapi sebelum  itu, kita harus ...
  • SERUNYA BERMAIN DI KIDS LAND RAMAYANA MALL TANJUNGPINANG
                    Hingga detik ini selalu jadi pertanyaan oleh saya, mengapa Kota Tanjungpinang yang dijadikan Ibukota Provinsi Kepulaua...
  • Empat Hal Penting Berpesawat Bareng Anak Tanpa Ditemani Orang Dewasa Lainnya
    Empat bulan lalu, saya memutuskan untuk merantau (merantau versi saya) ke kota Solok Sumatera Barat, aslinya ikut suami pulang kekam...
  • STTB Bandung Mencetak Generasi Unggul Yang Siap Berinovasi
    Dalam era digitalisasi, inovasi tiada henti akan melahirkan SDM unggul yang siap berinovasi. Begitu yang saya tangkap dari orasi ilm...
  • QZ Skincare, Paket Perawatan Wajah Yang Aman lagi Halal.
    Perempuan identik dengan kecantikan. Dan alaminya semua perempuan berlomba-lomba ingin tampil menarik dan cantik. Pada umumnya hal per...

Tulisan Terbaru

Categories

Blogging Cerita Kehamilan Curcol Harbolnas1212/2017 Info Lomba Jalan - jalan Kehamilan Parenting Penulis Zana Now Resep Review Storytelling Tentang Saya

Facebook

Arsip Blog

  • ▼  2022 (4)
    • ▼  April (4)
      • Lima Kali Melahirkan Secara Ceasar ? Mau Tahu Rasa...
      • Lima Kali Melahirkan Secara Ceasar ? Mau Tahu Rasa...
      • Lima kali melahirkan secara ceasar ? Begini rasany...
      • Begini Bedanya Hidup Di Kota Dengan Di Desa
  • ►  2021 (5)
    • ►  September (1)
    • ►  May (3)
    • ►  February (1)
  • ►  2020 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2019 (31)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (7)
    • ►  August (4)
    • ►  July (7)
    • ►  June (3)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (2)
    • ►  January (1)
  • ►  2018 (38)
    • ►  December (5)
    • ►  November (9)
    • ►  October (4)
    • ►  September (4)
    • ►  August (1)
    • ►  July (1)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (1)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2017 (89)
    • ►  December (11)
    • ►  November (9)
    • ►  October (12)
    • ►  September (8)
    • ►  August (9)
    • ►  July (11)
    • ►  June (9)
    • ►  May (3)
    • ►  April (8)
    • ►  March (7)
    • ►  February (2)
  • ►  2016 (21)
    • ►  August (1)
    • ►  July (11)
    • ►  June (4)
    • ►  May (1)
    • ►  January (4)
  • ►  2015 (28)
    • ►  October (1)
    • ►  July (25)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  May (1)
  • ►  2010 (1)
    • ►  June (1)

Created with by ThemeXpose | Copy Blogger Themes