“Hari-harinya ke warnet kak, susah dibilangin”
“Bapaknya marah juga dianggap angin lalu”
Seorang Ibu
yang duduk disebelahku terus saja bercerita tentang anaknya yang sudah
kecanduan bermain game online diwarnet.
Sesekali kutimpali
dengan bahaya kecanduan game online, yang tidak hanya dapat merusak kesehatan
melainkan efeknya lebih dahsyat dari pada kecanduan narkoba.
Tanpa
dihiraukannya ucapanku tetap saja dia nyerocos berkisah prihal anaknya yang
juga sempat kena typus karena lupa makan akibat keasyikan bermain game. Ya, memang sejatinya
perempuan lebih suka didengar dari pada diberikan solusi. Hingga diakhir
kalimatnya si Ibu berucap, sambil menirukan gaya bahasa kepada sang Anak.
“Mamak doakan, semoga warnetnya di gerbek polisi,
nginaplan engkau dipenjara agak semalam biar jera”
Duh, duh
duh.. dahsayatnya ucapan seorang Ibu, karena tak tahu harus bagaimana lagi
merubah kebiasaan sang anak. Aku berdehem membatin. “jika Ibunya saja tak dihiraukan apalagi ucapan orang lain”.
Lalu dia
bercerita tentang pekerjaannya sebagai tukang sapu jalan. Sesekali kembali
kutimpali guna membesarkan hatinya, jika kerja sapu jalan juga menyehatkan
badan.
Wanita
paruh baya ini kutemui ketika kami sama – sama sedang berada disekolahan. Aku
yang memang setiap hari menjemput anak – anak
pulang sekolah, sementara sang ibu tersebut datang kesekolah karena akan
ada imunisasi lanjutan bagi yang belum diimunisasi.
Aku
kemudian berpikir, apa yang akan terjadi dengan masa depannya nanti. Memiliki
orang tua berpendidikan rendah ditambah pula tak ada teguran keras guna
menghentikan kebiasaannya kewarnet. Beberapa hari lalu, ada sebuah warnet tak
jauh dari tempat tinggalku di gerbek SATPOL PP karena tercium prostitusi
pelajar.
Aku, dan
Ibu tadi mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama menyekolahkan anak-anak kami di
sekolah negeri. Sekolah milik pemerintah dan gratis.
Bersambung
.. lg mentok ide