Guruku Garang Sekali
Setelah menjemput
anak-anak pulang sekolah, sesampainya dirumah, siKakak langsung mengeluarkan
buku dari tas, untuk membuat PR, tanpa mengganti baju sekalipun.
“Ummi
ada PR, PR nya susah, tadi bu guru marah-marah karena semua teman-teman tidak
mengerti”, ucapnya dengan wajah panik.
Saat
itu, saya melihat ada genangan air dipelupuk matanya. Sejak naik ke kelas dua,
ia selalu bercerita jika gurunya saat ini GARANG sekali. Ada ekspresi ketakutan
diwajahnya
“Ummi
tahukan, Buk Ani, (nama samaran), garangnya Buk
Ani lebih garang lagi Buk Santi (Nama Samaran)”.
Begitu ucapnya akhir-akhir ini.
“Wah, itu
namanya keluar dari mulut harimau, masuk kemulut buaya” . Canda Saya.
Buk
Ani, adalah walikelasnya saat ia duduk dikelas satu. Beliau memang sering
memarahi anak-anak yang bermain saat sedang belajar. Tapi karena sikakak sering
juara kelas, dia termasuk diistimewakan, sebab selalu memperhatikan guru
Menerangkanmenerangkan. Tapi tidak untuk kelas dua saat ini. Setiap hari ia selalu melaporkan
jika bu gurunya marah-marah di kelas. Awalnya saya tidak terlalu khawatir,
karena saya pikir marahnya guru adalah hal biasa, apalagi jika ada yang tidak
memperhatikan guru menerangkan.
Namun,
tadi malam, saat anak-anak tetangga datang untuk mengaji. Maka mengalirkah cerita
soal garangnya buk Santi dari anak-anak yang satu sekolah dengan siKakak.
“Oh,
Buk Santi memang garang ummi, kalau bicara suka bentak-bentak”, jawab si anak
tersebut sambil menirukan gaya marahya beliau, dan semua itu dibenarkan oleh anak
saya.
Dari cerita
anak-anak akhirnya saya tahu jika beliau tidak hanya marah kepada anak yang
nakal dikelas, namun marah kepada semua anak-anak. Nada bicaranya selalu
tinggi. Jika ada yang bertanya, pasti akan dimarahi. Bahkan, ibuk tersebut
beberapa kali melontarkan kalimat “matilah
kau” di akhir marahnya. Kemudian, adalagi cerita, jika ada yang izin untuk
kekamar mandi, dimarahi dan tidak di izinkan hingga akhirnya sianak ini pipis
dicelana.
Awalnya saya
tidak mau berkisahberkisah tentang ini, bagi saya seorang guru adalah mutiara tempat
anak-anak menimba ilmu. Naluri saya sebagai seorang Ibulah, apalagi saya juga pernah ngajar disekolah, kemudian
insting saya, jika ada yang senggol sedikit langsung bacok, upps, maksudnya
langsung tulis, makanya saya harus menuliskan ini. Bukan lantaran marahnya,
tapi lebih kepada marah dengan intonasi suara yang tinggi yang mendekati kepada
bentakan. Bukan pula kepada yang nakal saja, tapi ini kepada semua anak-anak,
ditambah lagi dengan ucapan matilahkau. Apakah
itu tidak termasuk dalam kekerasan verbal.? Juga apa itu pantas kalimat itu dilontarkan
kepada anak kelas dua sekolah dasar.?
Mungkin, jika
cerita itu mengalir dari mulut anak-anak
SMP atau SMU yang lebih senang memperolok – olok dibelakang gurunya, kita bisa
saja kurang percaya. Tapi ini cerita dari anak-anak kelas dua sekolah dasar,
dan kalimat matilahkau diakhir
marahnya itu, tidak hanya dibenarkan oleh satu orang anak. Seorang guru adalah
contoh bagi anak didiknya. Bagaimana pendidikan akan berhasil dan anak-anak
dengan mudah memahami pelajaran, jika setiap hari intonasi tinggi dan bentakkan
yang selalu mereka dapatkan. Maka, tidak
heran lagi kita banyak dengar kabar bully-bully yang dilakukan oleh anak-anak
sekolah. Karena banyak guru yang tidak
bisa jadi cermin buat anak didiknya.
Baca Juga
Empat Pertanyaan Anak Yang Sulit Dijawab
Cara Cepat embaca Buku
Kebiasaan Buruk pakai soft Lens
Baca Juga
Empat Pertanyaan Anak Yang Sulit Dijawab
Cara Cepat embaca Buku
Kebiasaan Buruk pakai soft Lens
11 komentar
Wah..anak saya belum SD nich kak ayu, nanti kalo sudah sekolah bisa saya korek-korek ceritanya yaa hehehe
ReplyDeletememang susah kalau pendidik kasar
ReplyDeleteAnak anak sudah pada ketakutan saja k
DeleteHehehe menghadapi guru garang memang susah-susah gampang ya Mbak... hihihi.. nice story loh kak. Btw ada banyak double kata tu kak, terutama di keyword untuk back link.
ReplyDeletehi hi hi .. iya nih kak, thank you yaaa
DeleteGuru kencing berdiri murid kencing berlari.... Begitulah
ReplyDeleteYa Allah, ada guru yang seperti itu? Kasar sekali ya... sebaiknya dibicarakan dengan komite orangtua dan pihak sekolah. Supaya anak-anak tidak menerima imbasnya.
ReplyDeleteanakku belum sekolah ... mudah-mudahan tidak bertemu guru yang seperti itu
ReplyDeletejangan masukkan anak kesekolah N*gr**i mbak hiks
DeleteSebelumnya, salam kenal ya, Teh Ayu..
ReplyDeleteAnak kecil memang selalu jujur, tak cuma itu yang sudah dewasa juga harus jujur, karena bohong itu dosa. Dengarnya gimana gitu, semoga gak ada guru yang seperti itu lagi.
Baca ini aku jadi teringat ketika kelas 5 SD dulu, sama suka garang kalau ngomong, malahan sempat kalau ada siswanya yang gak bisa ngerjain soal matematika ditenggelamkan dalam ember yang berisi air.
Setelah lulus guru itu selalu jadi pembicaraan, bahkan sampe ada yang menyimpan demdam hingga saat ini.
Wah itu kok kayak tipe guru jaman saya dulu ya, yang otoriter..Sekarang kan nggak boleh lagi. Kegiatan Belajar Mengajar mesti berjalan demokratis. Gimana nanti kalau ditiru anak didiknya, jadi lah di bully temannya. Btw, nggak ada yang punya ide lewat komite sekolah melaporkan ke kepala sekolah itu, Mbak Ayu ?
ReplyDeleteTerima Kasih Atas Kunjungannya