Mengapa Tak Ada Lagi Kata Selamat Ulang Tahun
Images : google |
Sejak facebook selalu memberikan notif tanda kue ulang tahun. Om
Mark selalu mengingatkan jika hari ini si A, B, C ultah. Beliau malah kasih
instruksi “si A Ultah nih beri ucapan kepadanya”. Maka berselewaranlah
ucapan-ucapan Happy Birth day, semoga panjang umur dan semacamnya yang memenuhi
wall si Ultah. Banyak pula pasangan
suami istri yang meng upload fhoto cake ulang tahun untuk diberikan kepada
pasanganya, “Selamat Ulang Tahun Ummi, atau Abi atau papa atau Mama’ begitulah
kira-kira. Maka berbunga-bungalah
hati sang Istri, sang suami diberikan
suprise serupa itu. Apalagi kalau
suaminya tuh super pengertian, disisipin pula amplop dengan duit segopok.
Mendadak ijo mata si Istri, petai se ikat bak bunga mawar setangkai.
Sebelum ada facebook, orang-orang tak terlalu menghiraukan ucapan selamat ulang
tahun. Ucapan selamat ultah itupun datang dari orang-orang terdekat saja. Bahkan
kadang banyak juga yang lupa dengan tanggal kelahirannya. Kini, sejak facebook
selalu ngingatin siapa saja yang ultah dalam minggu ini, ucapan seputar ulang
tahun seperti HBD, met Ultah, semoga panjang umur semakin Populer. Tapi sejak
saya tahu sejarah perayaan ulang tahun ini, saya tak mau lagi mengucapkan HBD kepada siapapu termasuk orang yang
saya kenal, walaupun itu orang – orang terdekat, anak-anak, suami dan kerabat
lainnya. Bahkan, ketika bertepatan pada tanggal lahir, saya sengaja menutup wall facebook, agar tidak ada orang
yang mengucapkan selamat ulang tahun. Bagi saya “everyday is my birthday”.
Sebagai insan
yang diberikan akal oleh Allah, ada baiknya kita telusuri sejarah perayaan
ulang tahun ini. Sebab Allah swt memerintahkan kita untuk berpikir. Apakah boleh
bagi seorang muslim merayakan ulang tahun?. Yukk, kita cari tahu.
Dalam buku Parasit
Aqidah karya A.D. El Marzadedeq Penerbit Syamiil, di jelaskan bahwa pertama
kali yang merayakan perayaan ulang tahun adalah orang – orang Nasrani Romawi.
Pada perayaan itu mereka menyalakan beberapa batang lilin sesuai usia orang
yang berulang tahun. Sebuah kue besar dibuat dalam pesta itu kemuadian di
potong dan lilinpun ditiup.
Pada
masa Nasrani generasi awal pengikut asli Nabi Isa Alaihisalam, mereka tidak
merayakan ulang tahun, karena mengganggap
perayaan ulang tahun adalah perbuatan mungkar dan hanya pekerjaan orang
kafir paganismre. Kemudian dalam perjanjian baru. Pada masa Herodeslah acara
ulang tahun di meriahkan sebagaimana yang tertulis dalam Injil Matius 14 : 6 “Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarlah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz
di tenga-tengah mereka yang merayakan perayaan ulang tahun”
Sementara dalam injil Markus 6 :
21 : “Akhirnya tiba juga kesempatan yang
lebih baik lagi bagi Herodias, ketika Herodes PADA HARI ULANGTAHUNNYA mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesar, perwira-perwiranya
dan orang terkemuka di Galilea.
Jadi
pahamlah kita bagi kita bahwa perayaan ulang tahun adalah tradisi orang-orang
Nasrani. Dalam Hadist Rasulullah dijelaskan “Siapa
yang meniru suatu kaum, maka ia seolah-olah bagian dari kaum tersebut”. (Hadist
Riwayat Abu Daud dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
Dalam
Alqur’an Allah juga berfirman : “Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya,
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan d minta
pertanggungjawabannya” Surat Al – Isra; 36)
Lalu,
bagaimana sikap kita sebagi seorang Muslim dalam menyikapi perayaan Ulang
tahun?.
Di kalangan orang-orang Muslim ini
perayaan ulang tahun juga cukup populer. Bahkan tak jarang orang-orang yang
kita kenal sebagai pegiat dakwahpun turut merayakan ulang tahun ini. Walau,
sebagian mereka berdalih kan, tidak membuat pesta besar-besaran dengan menghabiskan
banyak uang, atau hanya sekedar syukuran bertambah usia, dengan jamuan cake
hias tanpa tiup lilin hanya dirayain oleh keluarga terdekat. Saya juga heran
dari mana mereka mendapat dalil pembenaran serupa itu. Padahal sudah jelas
Rasulullah sebagai panutan kita saja tidak pernah merayakan ulang tahun. Nah,
jika seperti ini tradisi siapa yang mereka
tiru??
Syaikh Muhamamd bin
Shalih Al-Utsaimin, pernah ditanya seputar merayakan ulang tahun anak.
Apakah termasuk tasyabuh (tindakan menyerupai prilaku orang kafir) atau semacam
cara untuk menyenangkan hati anak-anak.? Begini penjelasan beliau yang dilansir dari https://almanhaj.or.id.
Perayaan ulang
tahun itu, bagi seorang Muslim tak lepas dari dua hal, pertama dianggap ibadah dan
kedua dianggap hanya sebagai adat kebiasaan saja. Jika perayaan ulang tahun ini
dianggap sebagai ibadah dengan membuat acara syukuran dengan melantunkan doa-doa
semoga panjang umur, maka tradisi ini adalah bid’ah sebab Rasulullah tidak
melakukan tradisi ini. Kedua, jika tradisi ini dianggap hanya sebagai kebiasaan
saja untuk sekedar have fun menyenangi hati anak-anak dan pasangan,
maka tradisi ulang tahun bagi seorang muslim adalah tasyabuh (prilaku menyerupai kebiasaan orang –orang kafir). Trus, kita kembali merujuk kepada hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Daud tadi, siapa yang yang menyerupai suatu kaum, berarti
dia termasuk golongan kamu tersebut.
Syaikh Muhamamd bin
Shalih Al-Utsaimin juga mengatakan ucapan semoga panjang umur tidak lah
selalu baik, kecuali jika umur dihabiskan untuk mencari keridhaan Allah dan menambah
ketaatan kepadaNya. Sebaik-baiknya orang yang panjag umur adalah orang yang
banyak amalan baiknya. Sementara manusia yang paling buruk adalah yang panjang
umurnya namun buruk amalannya.
Banyak cara untuk
menyenangi hati anak-anak dan pasangan. Tidak harus dengan tradisi ulang tahun.
Bisa jadi dengan memberikan hadiah ketika anak-anak mendapatkan prestasi. Atau berilah
hadiah ketika anak-anak melakukan sesuatu yang dapat menyenangi hati
orangtuanya. Bukankan Rasulullah menganjurkan untuk saling memberi hadiah
sebagai tanda kasih sayang. Begitu juga untuk menyenangkan hati pasangan tidak mesti
dengan memberi cake ulang tahun. Memijat
suami saat suami sedang letih sepulang bekerja juga dapat menyengani hati
pasangan. Membantu istri dengan pekerjaan rumah tangga juga termasuk menyenangi
hati pasangan.
Kembali pada
persoalan perayaan ulangtahun yang telah saya nyinyirin tadi, bahwa tradisi
ulang tahun adalah tasyanbuh. Termasuk
juga memberikan ucapan selamat ulang tahu, hal itu sama dengan kita membenarkan tradisi ulang
tahun ini. Makanya saya tidak pernah lagi mengucapkan selamat ulang tahun
kepada siapapun. Tulisan ini bukan maksud menggurui karena siapalah saya yang dhoif ini, hanya untuk mengingatkan diri
dan kita untuk sama-sama berbagi ilmu. Semoga tulisan ini bermanfaat buat
pembaca dan setelah ini tidak ada keluarga muslim khususnya pegiat dakwah yang merayakan tradisi ini.
Wallahu’alam
13 komentar
Gak pernah dibiasain merayakan ulang tahun dari kecil
ReplyDeletesemangat terus mba khipti :-)
Deletebbrp thn terakhir sy gak ngucapin selamat ultah meski om mark ngingetin di wall. Alhamdulillah, dg demikian gak ada yg ngucapin jg pas ultah saya. aman...hehehe
ReplyDeleteMasih suka lupa sering keceplosan hiks
ReplyDeletesemoga ngga lagi ya ummi :-)
DeleteMbak judulnya "KAta" memang sengajakah A nya besar? Hehehe
ReplyDeletetypo mba menik
Deletethank you :-)
Saya nggak pernah rayain ultah, anak pun tak pernah aku biasakan untuk perayaan
ReplyDeleteiyesss :-)
DeleteSaya nggak pernah rayain ultah, anak pun tak pernah aku biasakan untuk perayaan
ReplyDeleteSekarang,saya juga tidak pernah mengatakan selamat ultah. Bahkan informasi tanggal lahir saya pun,tidak ditampilkan.
ReplyDeletebisa di setting yaa mba untuk tidak menampilkan ntif selamat ulang tahun
DeleteSampai sekarang anak-anak nggak pernah dirayain ultahnya Mbak, meski teman mereka saat TK melakukannya:)
ReplyDeleteTerima Kasih Atas Kunjungannya