Poligami telah menjadi kebiasaan dikalangan para bangsawan zaman
dulu. Mereka tidak hanya memiliki isteri satu, namun juga sampai empat. Bahkan
mereka juga memiliki gundik atau budak lebih dari sepuluh. Dinikahi secara
resmi baik itu menjadi isteri, kesatu atau keempat menjadi kehormatan bagi
seorang perempuan. Sebab menjadi istri seorang bupati dan pejabat merupakan
sebuah kebanggaan.
Raden Ajeng Kartini terlahir sebagai
perempuan Jawa, perempuan ningrat, dengan segala peraturan mengikat, terlebih
pada zaman dulu. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Sosrongingrat dan ibunya bernama
M.A. Ngasirah anak dari Kyai Haji Madirona dan Nyai Hajjah Siti Aminah seorang guru ngaji di teluk kaur jepara. Sebelum
menjabat sebagai bupati, ayahnya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan
kolonial Belanda waktu itu mengharuskan seorang bupati beristrikan seorang
bangsawan, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam),
keturunan langsung Raja Madura. Setelah itu barulah ayah Kartini di angkat
menjadi Bupati Jepara menggantikan kedudukan ayah
kandung R.A. Woerjan, Raden Adipati Tjitrowikromo.