Lima Kali Melahirkan Secara Ceasar ? Mau Tahu Rasanya (part 3)
Inilah pengalaman saya melahirkan anak kelima pada tanggal 19 Oktober 2021
Awal
bulan Maret 2021 haid tidak datang, saya tunggu sehari, dua hari juga tak
kunjung datang. Seingat saya terakhir datang bulan itu pada tanggal 3 Februari
2021. Badan rasanya nggak enak, malas saja bawaannya plus pusing dan mual “apa
saya hamil ?” ucap saya membathin, “tapi rasanya nggak mungkin, kan
sudah steril” bathin saya kembali
berargumen. Sebagai perempuan yang berkali-kali hamil tentu saya punya firasat
dan hati kecil saya membenarkan jika saya mungkin hamil, sebab apa yang dirasa
badan saat itu sama dengan awal-awal kondisi kehamilan yang sudah-sudah.
Kemudian saya memberanikan diri ke bidan letaknya di Ladang kongsi, kampung
sebelah. Saat itu posisi saya sudah tinggal di Sumatera Barat, tepatnya di
Kabupaten Solok Selatan.
Selama
perjalanan, saya bawa motor ketempat bidan, pikiran saya berkecamuk, “seandainya
saya hamil, bagaimana ?, apalagi saat ini saya tinggal di kampung, nggak ada
sinyal lagi, mau ke kota Kabupaten itu jaraknya 30 km, dengan kondisi kehamilan
kelima tentu kontrolnya harus kedokter” hal-hal seperti itu yang menari
dipikiran saya. Sampai di tempat bidan langsung beli testpack. Bu Bidan
menawarkan untuk testpack saat itu juga, namun saya bilang, besok pagi saja bu
bidan. Yap, testpack dengan urine dipagi hari kan hasilnya lebih akurat.
Keesokan
harinya sebelum wudhu untuk sholat subuh, saya test dan hasilnya garis dua
alias positif. Nelangsa perasaan saya waktu itu, ya Allah ini bagaimana ?
saya sudah steril dua tahun lalu tapi
ngapa bisa hamil lagi, ucap saya terus membathin. Ada rasa senang juga
dihati kecil saya karena hamil dan punya anak lagi. Tapi melihat kondisi dan
riwayat persalinan saya, itu yang selalu membuat saya khawatir. Dan saya
kembali ke tempat bidan tersebut, beliau menghitung HPHT dan mengatakan jika
usia kehamilan saya sudah masuk lima minggu. Bu bidan juga bilang, jika
kesalahan pada saat steril atau dokternya lupa rasanya tidak mungkin, karena
jarak dengan anak ke empat sudah hampir tiga tahun. Ada banyak kemungkinan dan
pastinya adalah semua atas kuasa Allah swt kun fayakun. Selain
memberikan saya buku pink adalah buku KIA (kesehatan Ibu dan Anak), Bu Bidan
juga merekomendasikan dokter kandungan di Muaralabuh.
Seminggu
setelah dari bidan, ditemani suami saya pergi ke Muaralabuh untuk bertemu dengan
dokter spesialis kandungan. Di Kota itu jadwal praktek dokter kandungan hanya
sore dan malam hari. Dengan mengendarai motor, kami menempuh perjalanan sejauh
30 km menuju kota Muaralabuh. Alhamdulilah saat mendaftar antrian, malam itu
dokter masih ada operasi hingga jam 11
malam saya baru bertemu dokter. Dokter Ade Aulia SpOG tempat saya konsul
pertama, beliau tidak kaget atau menakut – nakuti, seperti beberapa dokter yang
saya temui di Tanjungpinang. Beliau juga bilang, sudah rezeki dari Allah. Ketika
di USG kantung janinnya belum nampak, dan menyarankan untuk konsul kembali dua
minggu lagi. Sebab kemungkinan bisa hamil diluar kandungan. Kami pulang kerumah
melewati jalan yang rusak, dan nggak kebayang sebelah kanan bukit (hutan)
sebelah kirinya sungai dan kami tiba dirumah jam 1 malam.
Dua
minggu setelah itu, saya kembali konsul dan tabarakallah posisi janin
didalam kandungan, beliau tidak bisa memberi penjelasan banyak penyebab bisa
hamil sebab bukan beliau yang menangani proses persalinan keempat. Kemungkinannya
adalah saluran tuba yang dipotong menyatu kembali seperti orang yang patah
tulang, dimana tulangnya menyatu kembali. Dokter juga mengatakatan untuk proses
melahirkan tidak bisa di Muaralabuh, dan harus dirujuk ke kota Padang, sebab di
kabupaten Solok Selatan hanya ada satu rumah sakit dan peralatannya juga belum
lengkap, diantaranya NICU untuk bayi yang belum ada.
Memasuki
usia kandungan 28 minggu, saya pindah sementara ke kota Padang sabagai
persiapan persalinan. Sengaja saya memilih lebih cepat pergi ke Padang, disamping
kehamilan yang semakin membesar, sangat riskan jika terjadi pendarahan atau
emergency. Saya tinggal di kampung, nggak ada sinyal seluler, nggak ada mobil
juga, dan jarak yang jauh ke kota Muaralabuh. Sering banget ibu hamil di
kampung ini, jika melahirkan perlu penanganan dokter selalu dirujuk ke Padang
ataupun ke Kota Solok. Nggak kebayang, sedang hamil besar menaiki ambulance
dengan rute solok selatan – Padang yang jalannya kayak rolercoster.
Konsul
pertama di Kota Padang di RS. Siti Hawa dengan dokter Helga SpOG. Dokternya
masih muda, menghadapi pasiennya tetap dengan bahasa minang J. Setelah tahu riwayat
persalinan saya yang sudah 4 kali ceasar, beliau oke-oke saja. Sesuai saran
etek adik ayah, untuk mencari second opinion saya juga konsul ke RSIA Mutiara
Bunda di Ulak Karang dan bertemu dengan Dokter Kurnia Sari Saiful SpOG.
Beliaulah yang membantu persalinan kelima. Dokter Kurnia banyak memberi
penjelasan dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada persalinan
nantinya. Seperti seharusnya dengan riwayat persalinan saya, harus melahirkan
di Rumah Sakit besar, saran beliau di RS. M. Jamil atau RS. Ibnu Sina dimana
disana ada banyak dokter, stok darah dan ruang ICU jika terjadi pendarahan. Dan,
yang paling di khawatirkan adalah jika terjadi pelengketan organ, itu yang
nantinya akan menyebabkan perndarahan dan perlu ditangani oleh dokter bedah.
Tapi jika memilih disini, katanya lagi bisa saja kebetulan suami dokter Kurnia
adalah dokter bedah dan akan stanby bila di butuhkan. Lanjutnya lagi, apapun
keputusan saya nantinya, tetap harus banyak berdoa dan sholat istikharah begitu
saran dari dokter Kurnia.
Setelah
sholat istikharah, pilihan saya tetap melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Mutiara Bunda dengan alasan saat itu masih pandemi covid dan sangat risakan
melahirkan di RS Besar. Pikir saya lagi, disamping itu dokter juga mengharuskan
saya untuk menyediakan stok empat kantong darah dan karena saya sudah merasa
tidak nyaman, persalinan saya maju 4 minggu dari HPL. Di usia kandungan 37
minggu, sebelum jadwal operasi saya dirawat dua hari untuk transfusi darah
karena Hb saya rendan dan suntik pematangan paru janin terlebih dahulu. Agar ketika
lahir bayi tidak dimasukkan keruangan NICU.
Sebelum
operasi, usg dulu dan alhamdulilah posisi plasenta sudah di atas. Barakallah pada
tanggal 19 Oktober 2021 jam 13.00 wib, masuk ke ruang operasi, setengan jam
setelah itu bayi perempuan anak kelima kami lahir dengan berat 3200 gram dan
panjang 52 cm. Alhamdullah tidak ada pelengketan organ dan tidak ada
pendarahan, jadi hanya tiga kantong darah yang terpakai, dua kantong sebelum
melahirkan dan satunya lagi setelah melahirkan.
Alhamdulillah
kondisi saya saat ini sehat dan bayi Fatimah udah berumur 6 bulan. Saya sudah
kembali beraktivitas mengajar, dan sudah bisa membawa motor, sesekali mengantar
dan menjemput anak-anak dari sekolah. Ala kulli hal, semua yang terjadi
pada kehidupan saya adalah karunia dari Allah Subhanahu wata’ala
0 komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya