Hamil Dengan Mioma

by - September 17, 2017


Ini asli testpack punya saya

 Beberaa hari lalu banyak postingan tentang testpack garis dua yang justru hanya sebagai bahan becandaan. Awalnya kita memang sedikit terhibur, namun lama kelamaan setelah banyak yang memposting status serupa itu, saya mungkin sebagian emak-emak jengah, entah dapat ide dari mana, hingga membuat olokkan seperti itu, seolah-olah hilang rasa empati terhadap mereka  yang bertahun-tahun belum juga mendapatkan keturunan.

                Ada aksi tentu ada reaksi, beginilah hukum fisika yang dirangkum oleh Isaac Newton. Reaksipun bermunculan dari emak-emak yang memang sulit mendapat keturunan dengan memposting gambar sekotak testpack dan arti pentingnya alat itu bagi mereka. Pesan yang disampaikan adalah empatilah dengan para perempuan yang sulit mendapatan keturunan, karena hal itu sangat sensitif bagi kami. Sebenarnya disini saya bukan ingin menbahas tentang olokkan testpack garis dua. Namun sebelum itu saya pernah membaca postingan yang dibagikan oleh teman difacebook, status tentang betapa galaunya seorang perempuan karena ingin mendapatkan keturuan, padahal segala cara telah dicoba, beratus juta uang telah dihabiskan, hanya demi mendapatkan keturunan. Tapi tetap saja, Allah penentu segala-galanya. (saya masih belum lagi menemukan statusnya, jika ketemu akan saya share).
                Terharu, saya sempat menitikkan air mata ketika membacanya, membuat saya jadi banyak bersyukur, disaat banyak perempuan yang sulit mendapatkan keturunan, saya malah diberi lagi amanah oleh Allah berupa kehamilan anak ke empat. Semua rasa bercampur ketika dipagi hari mendapatkan hasil testpack garis dua. Bahagia, senang, juga ada rasa sedikit galau karena dengan itu berarti saya nantinya harus menjalani ceasar untuk keempat kalinya. Kuatir pasti ada, walau saya telah lima  kali masuk keruang operasi, namun tetap saja membayangkan meja, jarum suntik, pisau dan baju operasi adalah yang sangat menakutkan.
                Alhamdulillah suami menguatkan, katanya “jika kita diberi amanah lagi oleh Allah, berarti kita mampu menjalaninya”. Selang seminggu setelah testpack saya pun konsul kedokter kandungan. Awalnya ingin ke dokter yang mengoperasi saya saat melahirkan Adam (anak ketiga), namun tempat prakteknya penuh dan sudah tidak terima pasien lagi untuk malam itu. Akhirnya pergilah saya ke Praktek dokter M. Setelah menunggu hingga jam sepuluh,  nama saya dipanggil. Ketika masuk dan langsung di USG, Alhamdulilah saya positif dengan usia kehamilan 7 minggu. Dokter membaca riwayat kehamilan saya, dengan 3 x sc dan bertanya “mengapa saat anak ketiga tidak steril” (ada beberapa doker terkadang yang agak sensitif jika pasien yang datang bukan pasien yang pernah dia tangani sebelumnya).
               
Usia Kandunag 7 Minggu
Hasil USG juga menunjukkan, dalam rahim saya juga ada mioma sepanjang 3 cm. Dokter menjelaskan akan resiko-resiko yang akan saya hadapi, seperti keguguran jika janin tidak kuat karena mioam juga kan ikut membesar serta berebut makanan dengan janin, pendarahan dan resiko dengan kelahiran prematur. Saat operasi nanti mioma juga harus sekalian diangkat, maka siap – siap kantong darah begitu kata doker tersebut, kantong darah dalam artian resiko pendarahan dok, tanya saya. Benar, sebab ketika mioma diangkat pasti akan pendarahan.
                Pulang dari sana saya semakin galau. Suami bilang, banyak-banyak buat amalan, baca surat Maryam minta doa sama Allah mana tahu bisa normal dan miomanya tidak diangkat. Malam itu juga saya browsing dan baca – baca cerita para emak yang juga punya riwayat mioma. (disinilah enaknya ngeblog dengan menceritakan berbagai pengalaman, karena pengalaman kita nantinya juga bisa bermanfaat untuk orang lain).  Ada dua blog yang detail bercerita tentang pengalaman hamil dengan mioma, dan ternyata tidak seseram yang saya bayangkan seperti apa kata dokter tadi. Mereka menjalani kehamilan dengan enjoy, bekerja dikantor dan dengan menjaga makanan miomanya juga bisa mengecil.(ini pengalaman yang saya baca diblog, walau semua dokter mengatakan mioma akan terus membesar).
                Agak sedikit lega hati saya setelah itu, benar kata suami banyakin buat amalan, sholat hajat, dzikr dan baca surat Maryam. Kehamilan saat ini memang agak berbeda, mungkin karena ada mioma juga, saya sering merasa lapar padahal baru saja selesai makan. Menjaga makanan yang masuk, seperti banyak makan buah dan sayuran dan tidak minum susu hewani (lemak). Begitu info yang saya browsing di internet agar mioma tidak cepat membesar. Saya pun jadi banyak makan pisang, berkat cerita mbak Dian tentang manfaat pisang, karena pisang merupakan makanan pengganjal lapar dan penambah energi.
                Empat hari lalu saya sempat ngeflek. Kuatir, cemas bercampur aduk. Tapi Alhamdulilah hanya ngeflek tidak sampai pendarahan. Karena worry, malamnya saya konsul kedokter Defri yang membantu persalinan anak ketiga. Dokter tersebut memang santai, setelah melahirkan anak ketiga, malah beliau yang bilang “ah, nggak papa kok buk, masih bisa nambah lagi”. Ketika saya utarakan ada mioma dan resiko yang saya ceritakan tadi, beliau bilang jika janin saya oke, usianya udah 10 minggu. “Mioma juga kecil kok hanya 3 centi, saya malah pernah mengeluarkan bayi bersama mioma sekepal genggaman tangan”. Kemudian tentang resiko pendarahan tanya saya, “sekarang peralatan sudah canggih, kita bisa ikat pembuluh darahnya agar tidak pendarahan”.
Usia Kandunagn 10 Minggu
                Pulang dari konsul ada perasaan lega dihati,  kecemasan yang berhari – hari mengusik pikiran saya sedikit menjauh. Alhamdulilah sewaktu melahirkan anak ketiga, kondisi saya oke pasca sc. Mungkin karena dokternya santai, jadi pasien pun ikut santai. Padahal ponakan saya yang Bidan sudah kuatir dan cemas akan resiko pendarahan. Kita memang boleh kuatir dan waspada namun tetap harus berpkir positif. Semoga saya bisa manjalani kehamilan ini dengan enjoy dan bahagia dan selamat hingga melahirkan, Bayi sehat dan Ibu kuat. J J J
                   

You May Also Like

4 komentar

  1. Alhamdulillah ikut senang dengan kehamilan keempatnya, Mbak..Semoga ibu dan bayi sehat hingga persalinan nanti..Aamiin

    Btw, saya kesal juga dengan candaan tentang testpack dan sejenisnya. Karena kakak saya, sampai saat ini belum punya keturunan. Padahal sudah segala macam cara dicoba. Semoga orang yang tak punya empati begitu dibukakan hatinya...bahwa di luar sana, banyak perempuan yang mendambakan sebuah kehamilan

    ReplyDelete
  2. alhamdulillah de degan saya bacanya semoga Allah mudahkan ya mba ...Janin dan ibu sehat selalu ..Aammiin

    ReplyDelete
  3. Beda dokter, biasanya beda pendapat juga ya... Memang kalau mau memeriksa kesehatan,lebih baik tidak ke satu dokter. Supaya lebih yakin aja,sih.
    Semoga kehamilannya lancar,bunda dan dede bayinya sehat terus ya... aamiin...

    ReplyDelete
  4. Anonymous01:19

    menarik sekali bund ceritanya, silahkan cek susu untuk ibu menyusui terbaik nanti

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungannya