Saya dan suami
berbeda karakter. Mungkin itu yang namanya jodoh, saling mengisi kekurangan
masing –masing, saya yang selalu pesimis,
ragu-ragu dan penakut dipertemukan Allah dengan laki-laki yang selalu
bahkan menurut saya sangat optimis, tidak takut sama sesiapun (kecuali
Allah)/pemberani dan cepat mengambil keputusan. Termasuk berbeda latar
belakang, saya dilahirkan dari kedua orang tua yang bekerja, sementara ibu mertua
saya adalah seorang ibu rumah tangga.
Saya
lahir dikota kecil, kedua orangtua saya berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
Karena Ibu saya adalah wanita pekerja, jadi kami sedari kecil sudah terbiasa
mengurus keperluan sendiri-sendiri. Jika lapar, lauk pauk sudah tersedia dalam
tudung saji diatas meja makan, tinggal makan sendiri-sendiri. Karena semua
serba dilakukan sendiri, maka jarang sekali ada momen makan bersama didalam
keluarga kami, kecuali saat buka puasa di bulan Ramadhan.
Hal
ini bertolak belakang dengan keluarga suami, beliau lahir dan besar di kaki
bukit pada salah satu kampung diSumatera Barat. Di kampung-kampung laki-laki
minang bisa dikatakan jarang sekali menginjak dapur. Semua keperluan dilayani
oleh istri. Pada waktu jam makan, setiap keluarga akan makan bersama, hidangan
diletakkan diatas tikar yang telah terbentang, semua anggota keluarga duduk
untuk makan bersama. Ibu mertua dan anak-anaknya tidak akan makan sebelum sang
Ayah pulang dari ladang. Apa begitu
panggilan untuk ayah mertua saya, saat beliau pulang dari ladang, maka piring
dan lauk-paukpun dihidangkan, setelah selesai makan, barulah piring-piring
diangkat dan dibersihkan. Namun setelah makan, anggota keluarga tidak langsung
berpencar, ada beberapa obrolan dan nasehat-nasehat dari ayah mertua saya. Apalagi jika pada saat moment makan malam,
setelah piring dibersihkan, ayah mertua memulai diskusi, tak jarang disikusi
sesama anggota keluarga hingga larut malam. Itulah yang terjadi dikeluarga
suami hingga sekarang.
Tradisi dalam
keluarga saya, jika dilihat mungkin lebih terkesan praktis dan tidak merepotkan
satu sama lain. Tapi justru hal itu berdampak hingga kami dewasa, keakraban
sesama saudara jadi agak berkurang.Ketika ada masalah kami selalu
menyelesaikannya sendiri-sendiri. Jarang sekali bermbuk untuk bermusyawarah.
Apalagi ketika televisi sudah berada dikamar masing-masing, maka ruang keluarga
pun kini terlihat lengang. Karena anggota keluarga lebih nyaman berada didalam
kamar.
Bagi keluarga
suami, yang telah terbiasa berdiskusi setelah makan, menjadikan mereka akrab
sesama saudara hingga dewasa. Ketika ada suatu
masalah, hal itu didiskusikan
bersama kemudian dicarikan jalan keluarnya. Bahkan ketika anak-anak telah
berpencar hidup dirantau. Ketika ada permasalahan, suami tetap menelpon
adik-adiknya berembuk untuk meminta pendapat. Tradisi itu yang saya terapkan
keanak-anak, walaupun anak-anak masih kecil, ketika buyanya lagi dirumah, kami
makan bersama mereka bisa makan sendiri-sendiri termasuk sikecil Adam yang
usianya empat tahun. Tapi sejak saya hamil, saya ngungsi sementara kerumah
orangtua. Saya sering sekali kerepotan sebab anak-anak susah untuk makan,
terpaksa saya harus menyuapkan satu persatu.
Tradisi
keluarga akan berbeda-beda, namun jangan remehkan moment makan bersama sesama
anggota kelaurga karena itu adalah hal yang sangat penting, pada saat itulah seluruh
anggota keluarga berkumpul.
Berikut 10 Alasan
pentingnya makan bersama yang di kutip
dari situs Kompas.com
1. Nutrisi lebih baik. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa keluarga yang makan bersama-sama memiliki
nutrisi yang lebih baik secara keseluruhan. Hal ini juga menurunkan risiko berbagai
penyakit dan obesitas. Anak-anak dan orangtua mereka akan lebih banyak makan
sayuran, sehingga mendapatkan lebih banyak vitamin dan nutrisi.
2. Performa anak-anak lebih baik di sekolah. Menurut sebuah penelitian tahun 2005 di Universitas Columbia,
remaja yang makan bersama keluarga mereka setidaknya lima kali seminggu lebih
mungkin mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah. Anak-anak yang makan
dengan keluarga mereka juga memiliki sikap yang lebih positif tentang masa
depan mereka.
3. Meningkatnya komunikasi. Makan malam bersama dalam keluarga untuk memberi kesempatan untuk
komunikasi. Percakapan selama makan memberi kesempatan bagi keluarga untuk
menjalin ikatan dan terhubung satu sama lain. Hal ini juga memungkinkan
orangtua dan anak-anak untuk mendiskusikan topik-topik menyenangkan dan serius,
dan saling belajar.
4. Mengembangkan keterampilan sosial. Makan bersama juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan
sosial yang baik karena mereka belajar menjadi pendengar yang baik, dan sabar
menunggu sementara orang lain sedang berbicara. Mereka juga menjadi ingin
tahu tentang orang lain bukan hanya fokus pada diri sendiri.
5. Mengajarkan sopan santun di meja makan. Kesempatan yang baik bagi orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka sopan santun di meja makan. Jika anak-anak tumbuh tanpa tata krama di meja makan, itu akan menciptakan banyak masalah bagi mereka dalam keberhasilan masa depan mereka.
5. Mengajarkan sopan santun di meja makan. Kesempatan yang baik bagi orangtua untuk mengajarkan anak-anak mereka sopan santun di meja makan. Jika anak-anak tumbuh tanpa tata krama di meja makan, itu akan menciptakan banyak masalah bagi mereka dalam keberhasilan masa depan mereka.
6. Mengurangi penyalahgunaan zat. Menurut sebuah penelitian oleh Pusat Nasional Ketergantungan dan
Penyalahgunaan Zat di Universitas Colombia, keluarga yang tidak makan malam
bersama tiga setengah kali lebih rentan terhadap penyalahgunaan resep dan obat
lainnya. Makan malam keluarga tentu mengurangi tingkat penyalahgunaan zat di
kalangan orang dewasa dan anak-anak dalam keluarga.
7. Hubungan baik. Makan malam keluarga merupakan kesempatan yang ideal untuk memperkuat ikatan keluarga. Anak-anak dapat menggunakan waktu makan malam untuk membicarakan hal-hal penting atau meminta orang tua mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Kegiatan membangun hubungan juga bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak terutama saat mereka menghadapi masalah-masalah yang lebih sulit di usia remaja.
7. Hubungan baik. Makan malam keluarga merupakan kesempatan yang ideal untuk memperkuat ikatan keluarga. Anak-anak dapat menggunakan waktu makan malam untuk membicarakan hal-hal penting atau meminta orang tua mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Kegiatan membangun hubungan juga bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak terutama saat mereka menghadapi masalah-masalah yang lebih sulit di usia remaja.
8. Lebih hemat. Makanan beli
tentunya lebih mengeluarkan biaya daripada makanan yang disiapkan di rumah.
Jadi, ini akan menghemat banyak uang dalam jangka panjang.
9. Meningkatkan cita rasa anak-anak. Makan bersama berarti memasak makanan yang umum untuk seluruh
anggota keluarga. Dengan cara ini, anak mengenal makanan baru dan tidak menjadi
rewel tentang pilihan makanan.
10. Struktur dan rutin. Rutinitas membantu
anak-anak menemukan organisasi dan kemantapan dalam kehidupan keluarga mereka.
Makanan keluarga secara teratur memberikan anak-anak rasa yang normal dan
mereka dapat menikmati saat-saat ini setiap hari.
0 komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya