PETUALANGAN LIMA SEKAWAN : MENANGKAP PENCURI
Images : google |
“Asyiiikkk,
Paman Hadi datang,” teriak Teguh gembira.
“Ayo
Paman, kita segera berangkat,” rayu Teguh tak sabaran..
“Eiitt,
sabar dulu sayang”, ucap Bunda Teguh dengan lembut
“Bunda
akan membuatkan minum dulu untuk Paman Hadi dan Mira,” ujar bunda nya lagi.
Setelah
selesai mengobrol dengan Ayah dan Bunda Teguh, mereka pun berpamitan, dan tak
lupa Bunda Teguh menitipkan oleh-oleh buat Nenek di desa.
“Guh,
Kamu jangan nakal ya di rumah Nenek.” Pesan bunda Teguh.
“Iya,
iya Bunda,” jawab teguh hormat.
“Ayo
Guh, kita berangkat.”
“Lets
go,” teriak Teguh dan Mira bersahutan.
Paman
Hadi adalah adik ayah Teguh yang paling kecil. Setamat kuliah, Paman Hadi
langsung di terima mengajar di Sekolah dasar swasta sebagai guru olah raga.
Sementara Mira adalah sepupu Teguh, anak dari Bibi Hafsah adik Ayah Teguh yang nomor
dua. Teguh dan Mira memang sudah akrab sejak dari kecil karena usia mereka hanya
terpaut satu tahun. Teguh duduk dinagku kelas 5 sementara Mira kelas 4 sekolah
dasar. Setiap libur sekolah, Teguh dan Mira sering di ajak untuk menghabiskan
liburan di rumah Nenek. Maka tak heran jika libur kali ini mereka sangat
bersemangat. Sebab Teguh dan Mira telah mempunyai teman-teman di desa, seperti Andi,
Nisa dan Hafiz. Namun ada satu hal yang membuat mereka begitu bergairah kerumah
Nenek, karena mereka telah membuat rencana untuk mengisi liburan.
***
Dengan
menggunakan Bus antar Kota, yang menghabiskan waktu selama lima jam perjalanan.
Maka sampailah mereka di rumah Nenek. Nenek dan Kakek menyambut mereka dengan
penuh antusias.
“Apa
kabar cucu Nenek.” Tanya Nenek sambil memeluk kedua cucunya
“Baik
Nek,” Jawab mereka bersahutan.
“Ini
nek, ada oleh-oleh dari Bunda” ucap Teguh, sambil memberikan, oleh-oleh kiriman
bundanya.
Kemudian,
Teguh dan Mira menyalami dan mencium tangan Kakek.
“ya,
udah, sana istirahat dan ganti baju dulu,” perintah Nenek sambil menyiapkan
makan siang.
Sebagai
anak yang patuh kepada kedua orang tua, Teguh dan Mira mematuhi perintah Nenek,
walau dalam hati mereka sudah tidak sabaran ingin bertemu dengan teman-teman
genk mereka, yang mereka namai lima sekawan. Teguh dan Mira adalah anak-anak
yang menyukai hal-hal yang berbau petualangan. Di Sekolah, mereka aktif pada
kegiatan pramuka, memiliki jiwa sosial, peduli terhadap sesama dan sangat
membenci ketidakadilan.
“Gimana
kabar, Ayah dan Bunda kalian” tanya Kakek
“Alhamdulilah
sehat, Kek” sahut kedua anak itu bersahutan.
Saat
makan siang berlangsung, tiba- tiba Kakek mengeluh dan menceritakan kepada
paman Hadi, jika beberapa hari terkakhir ini, hasil kebun mereka sering di
curi. Cabe rawit, kacang panjang dan terong yang akan segera di panen pun tak
luput dari jarahan orang yang tidak di kenal.
“Apa
Kakek sudah menyelidiki siapa yang mencuri tanaman di ladang.” Tanya Teguh.
“Kakek
belum sempat untuk menyelidiki, hanya Kakek udah melaporkan, soal pencurian ini
ke Kepala Desa, bukan hanya tanaman kita saja yang di curi, namun ladang pak
Nazir dan pak Samsul juga mengalami hal yang sama.” jawab Kakek prihatin.
“Gimana
jika malam ini kita membuat jebakan, untuk menangkap pencuri tersebut”. Ucap
Mira dengan wajah berbinar.
“Great
idea” sambung Teguh semangat.
“Baiklah,
malam ini kita akan menjebak kawanan pencuri” lanjut Kakek.
***
“Assalamulaiakum.” Terdengar beberapa orang mengucap salam dari
luar.
“Waalaikumsalam.”
Jawab Nenek, sambil melihat ke arah pintu.
“Ayo … ,
Hafiz, Nisa, Andi mari masuk”
”Kalian sudah
makan?, ayuuk kita makan bersama.” Ajak Nenek lagi.
“lanjut nek, terimakasih
kami sudah makan di rumah tadi.” Jawab Hafiz di susul Andi dan Nisa.
“Hai geng, apa
kabar?.” Tanya Mira dan Teguh sambil bersalaman sesama mereka.
Teguh mengeluarkan
tiga eksemplar buku Petualangan STOP yang di belinya di pasar loak, untuk
ketiga temannya.
“ini oleh-oleh
buat kalian”
“Wooww, amazing,”
jawab Nisa antusias.
Teguh, Mira
dan ketiga temannya mempunyai kesukaan yang sama terhadap petualangan yang
penuh tantangan.
“Geng, rencana
kita kemaren sepertinya di tunda dulu beberapa hari ini, tadi Kakek cerita kalo
hasil ladangnya dijarah orang, Aku, Mira dan Kakek berencana akan membuat
jebakan untuk menangkap si pencuri.” Ujar Teguh menerangkan.
“Kami ikut,”
jawab Andi
“Kemaren juga,
Aku menyimak obrolan Bapakku, jika ladang Kakek Ahmad di jarah orang, Aku sih
curiga pada seseorang di desa kita, hanya kitakan tidak boleh menuduh tanpa
bukti, bukankan begitu kek.” Ujar Hafiz menimpali.
“Benar Hafiz,
kita sangat tidak boleh menuduh orang tanpa bukti, jika kita asal tudah, tidak
ada bukti dan orang tersebut juga tidak berbuat, itu yang dinamakan fitnah”
Jelas Kakek.
Kelima anak –
anak itu mengangguk tanda mengerti,
mendengar penjelasan Kakek.
“Wah, seru
juga nih, membuat jebakan, Pamah Hadi ikut oke,” timpal Paman Hadi
“Okee… Paman,”
jawab Teguh dan kawan-kawan serentak.
***
Teguh, Mira, Kakek
dan lainnya berembuk untuk menentukan jebakan apa yang akan di buat untuk
menangkap pencuri.
“Gimana jika
membuat lubang seperti sumur sedalam tiga meter, kemudian pada permukaam atas
lubang kita tutupi dedaunan, sebagai jebakan” usul Paman Hadi.
“Boleh juga
Paman.” Jawab teguh menerima usul paman Hadi.
“Baiklah,
tentu untuk membuat lubang galian, akan memakan waktu lama, bisa jadi hingga
malam hari. Jadi Kakek sarankan kalian untuk membawa perlengkapan sholat dan
baju ganti, dan Hafiz, Andi, Nisa, kalian pulang dulu untuk izin dengan orang
tua kalian,” Perintah Kakek.
“Baik kek,”
jawab mereka serentak
“Oh, kalau
begitu, Nenek akan siapkan bekal untuk kalian makan malam di ladang,” sambung Nenek
menimpali.
“Siaaaaaappp.”
Sahut mereka bersamaan.
Selepas Ashar,
Teguh cs, beserta Paman Hadi, mengikuti Kakek keladang. Diladang, mereka bahu
membahu, membantu Kakek menggali lubang. Ada tiga lubang jebakan yang mereka
gali. Tepat jam sepuluh malam galian
selesai. Kakek menyuruh mereka pulang untuk beristirahat, kemudian bersama-sama
keladang selepas sholat subuh.
***
Tepat jam lima
pagi bersama Kakek mereka kembali keladang. Setibanya di ladang, kelihatan
tidak ada tanda-tanda ada yang datang untuk mencuri di malam itu. Tampak raut
kekecewaan di wajah anak-anak itu, karena belum berhasil menangkap pencuri.
“Nggak apa-apa
jika malam ini belum berhasil, besok setelah sholat shubuh kita keladang
kembali.” Jawab Kakek menghibur.
***
Keesokan
harinya, setelah sholat subuh di masjid, Teguh, Kakek, paman Hadi beserta
teman-temanya kembali menuju ladang Kakek.
Udara sejuk perbukitan, tidak menyurutkan langkah anak-anak itu untuk
menangkap pencuri yang telah meresahkan warga. Tiba diladang, mereka melihat
tutup jebakan terbuka. Serentak, semuanya kaget ada dua orang remaja yang
terjebak di dalam lubang galian, menatap ke atas dengan raut wajah ketakutan.
Kakek memerintahkan
Teguh untuk mengambil tali tambang yang tersimpan di dalam gubuk. Paman Hadi
langsung menelpon Kepala Desa guna mengabari kejadian ini. Kedua remaja
tersebut adalah Udin dan Bimo, mereka bertetangga yang tinggal di ujung desa.
Setelah di bantu Kakek naik ke atas, kedua remaja tersebut menangis mengiba,
momohon di maafkan. Kemudian mereka mengakui kesalahan, karena telah mencuri
hasil ladang milk warga desa. Kedua remaja tanggung itu juga mengakui, telah
mencuri uang infak di dalam kotak amal masjid.
“Maafkan kami
kek Ahmad”, pinta kedua remaja itu
mengiba.
“Apa alasan
kalian melakukan hal yang tidak baik ini”, tanya Kakek Ahmad berang.
“Uang hasil
curian, kami bagi dua dan kami tabung, untuk membeli hanphone canggih Kek”.
Jawab remaja itu polos.
Udin menjelaskan,
jika selama ini dia sangat ingin memiliki hanphone sekelas androit seperti yang
di pakai teman-temannya. Namun orang tua mereka tidak menginzinkan untuk
membeli handphone tersebut, disamping harga nya mahal juga, lebih banyak
pengaruh negatif dari handphonre
tersebut. Karena seusia mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan mana
yang tidak baik.
“Begini, Bimo,
Udin, niat kalian untuk menabung itu baik. Namun cara yang kalian lakukan itu
juga salah. Mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Apalagi untuk membeli
android yang belum penting, karena kalian masih pelajar SMP,” jelas Kakek Ahmad
menasehati.
Seketika itu,
Pak Kepala Desa datang, berembuk dengan Kakek Ahmad agar masalah ini
diselesaikan denga cara kekeluargaan. Udin dan Bimo di nasehati dan di bawa ke
kantor Desa serta Pak Kepala Desa akan segera menghubungi orangtua kedua remaja
tersebut. Teguh Cs,kembali kerumah dengan perasaan lega, karena usah mereka
menangkap pencuri berhasil.
***
0 komentar
Terima Kasih Atas Kunjungannya