PETUALANGAN LIMA SEKAWAN : MENANGKAP PENCURI

by - June 19, 2017

             
Images : google
  
Teguh sumringah sekali, sehabis terima raport. Paman Hadi  dan sepupunya Mira, berjanji akan membawanya ke desa menghabiskan liburan di rumah Nenek dan Kakek.
                “Asyiiikkk, Paman Hadi datang,” teriak Teguh gembira.
                “Ayo Paman, kita segera berangkat,” rayu Teguh tak sabaran..
                “Eiitt, sabar dulu sayang”, ucap Bunda Teguh dengan lembut
                “Bunda akan membuatkan minum dulu untuk Paman Hadi dan Mira,” ujar bunda nya lagi.
                Setelah selesai mengobrol dengan Ayah dan Bunda Teguh, mereka pun berpamitan, dan tak lupa Bunda Teguh menitipkan oleh-oleh buat Nenek di desa.
                “Guh, Kamu jangan nakal ya di rumah Nenek.” Pesan bunda Teguh.
                “Iya, iya Bunda,” jawab teguh hormat.
                “Ayo Guh, kita berangkat.”
                “Lets go,” teriak Teguh dan Mira bersahutan.
                Paman Hadi adalah adik ayah Teguh yang paling kecil. Setamat kuliah, Paman Hadi langsung di terima mengajar di Sekolah dasar swasta sebagai guru olah raga. Sementara Mira adalah sepupu Teguh, anak dari Bibi Hafsah adik Ayah Teguh yang nomor dua. Teguh dan Mira memang sudah akrab sejak dari kecil karena usia mereka hanya terpaut satu tahun. Teguh duduk dinagku kelas 5 sementara Mira kelas 4 sekolah dasar. Setiap libur sekolah, Teguh dan Mira sering di ajak untuk menghabiskan liburan di rumah Nenek. Maka tak heran jika libur kali ini mereka sangat bersemangat. Sebab Teguh dan Mira telah mempunyai teman-teman di desa, seperti Andi, Nisa dan Hafiz. Namun ada satu hal yang membuat mereka begitu bergairah kerumah Nenek, karena mereka telah membuat rencana untuk mengisi liburan.

***
                Dengan menggunakan Bus antar Kota, yang menghabiskan waktu selama lima jam perjalanan. Maka sampailah mereka di rumah Nenek. Nenek dan Kakek menyambut mereka dengan penuh antusias.
                “Apa kabar cucu Nenek.” Tanya Nenek sambil memeluk kedua cucunya
                “Baik Nek,” Jawab mereka bersahutan.
                “Ini nek, ada oleh-oleh dari Bunda” ucap Teguh, sambil memberikan, oleh-oleh kiriman bundanya.
                Kemudian, Teguh dan Mira menyalami dan mencium tangan Kakek.
                “ya, udah, sana istirahat dan ganti baju dulu,” perintah Nenek sambil menyiapkan makan siang.
                Sebagai anak yang patuh kepada kedua orang tua, Teguh dan Mira mematuhi perintah Nenek, walau dalam hati mereka sudah tidak sabaran ingin bertemu dengan teman-teman genk mereka, yang mereka namai lima sekawan. Teguh dan Mira adalah anak-anak yang menyukai hal-hal yang berbau petualangan. Di Sekolah, mereka aktif pada kegiatan pramuka, memiliki jiwa sosial, peduli terhadap sesama dan sangat membenci ketidakadilan.
                “Gimana kabar, Ayah dan Bunda kalian” tanya Kakek
                “Alhamdulilah sehat, Kek” sahut kedua anak itu bersahutan.
                Saat makan siang berlangsung, tiba- tiba Kakek mengeluh dan menceritakan kepada paman Hadi, jika beberapa hari terkakhir ini, hasil kebun mereka sering di curi. Cabe rawit, kacang panjang dan terong yang akan segera di panen pun tak luput dari jarahan orang yang tidak di kenal.
                “Apa Kakek sudah menyelidiki siapa yang mencuri tanaman di ladang.” Tanya Teguh.
                “Kakek belum sempat untuk menyelidiki, hanya Kakek udah melaporkan, soal pencurian ini ke Kepala Desa, bukan hanya tanaman kita saja yang di curi, namun ladang pak Nazir dan pak Samsul juga mengalami hal yang sama.” jawab Kakek prihatin.
                “Gimana jika malam ini kita membuat jebakan, untuk menangkap pencuri tersebut”. Ucap Mira dengan wajah berbinar.
                “Great idea” sambung Teguh semangat.
“Baiklah, malam ini kita akan menjebak kawanan pencuri” lanjut Kakek.
***
 “Assalamulaiakum.”  Terdengar beberapa orang mengucap salam dari luar.
“Waalaikumsalam.” Jawab Nenek, sambil melihat ke arah pintu.
“Ayo … , Hafiz, Nisa, Andi mari masuk”
”Kalian sudah makan?, ayuuk kita makan bersama.” Ajak Nenek lagi.
“lanjut nek, terimakasih kami sudah makan di rumah tadi.” Jawab Hafiz di susul Andi dan Nisa.
“Hai geng, apa kabar?.” Tanya Mira dan Teguh sambil bersalaman sesama mereka.
Teguh mengeluarkan tiga eksemplar buku Petualangan STOP yang di belinya di pasar loak, untuk ketiga temannya.
“ini oleh-oleh buat kalian”
“Wooww, amazing,” jawab Nisa antusias.
Teguh, Mira dan ketiga temannya mempunyai kesukaan yang sama terhadap petualangan yang penuh tantangan.
“Geng, rencana kita kemaren sepertinya di tunda dulu beberapa hari ini, tadi Kakek cerita kalo hasil ladangnya dijarah orang, Aku, Mira dan Kakek berencana akan membuat jebakan untuk menangkap si pencuri.” Ujar Teguh menerangkan.
“Kami ikut,” jawab Andi
“Kemaren juga, Aku menyimak obrolan Bapakku, jika ladang Kakek Ahmad di jarah orang, Aku sih curiga pada seseorang di desa kita, hanya kitakan tidak boleh menuduh tanpa bukti, bukankan begitu kek.” Ujar Hafiz menimpali.
“Benar Hafiz, kita sangat tidak boleh menuduh orang tanpa bukti, jika kita asal tudah, tidak ada bukti dan orang tersebut juga tidak berbuat, itu yang dinamakan fitnah” Jelas Kakek.
Kelima anak – anak itu mengangguk tanda  mengerti, mendengar penjelasan Kakek.
“Wah, seru juga nih, membuat jebakan, Pamah Hadi ikut oke,” timpal Paman Hadi
“Okee… Paman,” jawab Teguh dan kawan-kawan serentak.
***
Teguh, Mira, Kakek dan lainnya berembuk untuk menentukan jebakan apa yang akan di buat untuk menangkap pencuri.
“Gimana jika membuat lubang seperti sumur sedalam tiga meter, kemudian pada permukaam atas lubang kita tutupi dedaunan, sebagai jebakan” usul Paman Hadi.
“Boleh juga Paman.” Jawab teguh menerima usul paman Hadi.
“Baiklah, tentu untuk membuat lubang galian, akan memakan waktu lama, bisa jadi hingga malam hari. Jadi Kakek sarankan kalian untuk membawa perlengkapan sholat dan baju ganti, dan Hafiz, Andi, Nisa, kalian pulang dulu untuk izin dengan orang tua kalian,” Perintah Kakek.
“Baik kek,” jawab mereka serentak
“Oh, kalau begitu, Nenek akan siapkan bekal untuk kalian makan malam di ladang,” sambung Nenek menimpali.
“Siaaaaaappp.” Sahut mereka bersamaan.
Selepas Ashar, Teguh cs, beserta Paman Hadi, mengikuti Kakek keladang. Diladang, mereka bahu membahu, membantu Kakek menggali lubang. Ada tiga lubang jebakan yang mereka gali. Tepat jam sepuluh malam  galian selesai. Kakek menyuruh mereka pulang untuk beristirahat, kemudian bersama-sama keladang selepas sholat subuh.
***
Tepat jam lima pagi bersama Kakek mereka kembali keladang. Setibanya di ladang, kelihatan tidak ada tanda-tanda ada yang datang untuk mencuri di malam itu. Tampak raut kekecewaan di wajah anak-anak itu, karena belum berhasil menangkap pencuri.
“Nggak apa-apa jika malam ini belum berhasil, besok setelah sholat shubuh kita keladang kembali.” Jawab Kakek  menghibur.
***
Keesokan harinya, setelah sholat subuh di masjid, Teguh, Kakek, paman Hadi beserta teman-temanya kembali menuju ladang Kakek.  Udara sejuk perbukitan, tidak menyurutkan langkah anak-anak itu untuk menangkap pencuri yang telah meresahkan warga. Tiba diladang, mereka melihat tutup jebakan terbuka. Serentak, semuanya kaget ada dua orang remaja yang terjebak di dalam lubang galian, menatap ke atas dengan  raut wajah ketakutan.
Kakek memerintahkan Teguh untuk mengambil tali tambang yang tersimpan di dalam gubuk. Paman Hadi langsung menelpon Kepala Desa guna mengabari kejadian ini. Kedua remaja tersebut adalah Udin dan Bimo, mereka bertetangga yang tinggal di ujung desa. Setelah di bantu Kakek naik ke atas, kedua remaja tersebut menangis mengiba, momohon di maafkan. Kemudian mereka mengakui kesalahan, karena telah mencuri hasil ladang milk warga desa. Kedua remaja tanggung itu juga mengakui, telah mencuri uang infak di dalam kotak amal masjid.
“Maafkan kami kek Ahmad”,  pinta kedua remaja itu mengiba.
“Apa alasan kalian melakukan hal yang tidak baik ini”, tanya Kakek Ahmad berang.
“Uang hasil curian, kami bagi dua dan kami tabung, untuk membeli hanphone canggih Kek”. Jawab remaja itu polos.
Udin menjelaskan, jika selama ini dia sangat ingin memiliki hanphone sekelas androit seperti yang di pakai teman-temannya. Namun orang tua mereka tidak menginzinkan untuk membeli handphone tersebut, disamping harga nya mahal juga, lebih banyak pengaruh negatif dari  handphonre tersebut. Karena seusia mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
“Begini, Bimo, Udin, niat kalian untuk menabung itu baik. Namun cara yang kalian lakukan itu juga salah. Mencuri adalah perbuatan yang tidak baik. Apalagi untuk membeli android yang belum penting, karena kalian masih pelajar SMP,” jelas Kakek Ahmad menasehati.
Seketika itu, Pak Kepala Desa datang, berembuk dengan Kakek Ahmad agar masalah ini diselesaikan denga cara kekeluargaan. Udin dan Bimo di nasehati dan di bawa ke kantor Desa serta Pak Kepala Desa akan segera menghubungi orangtua kedua remaja tersebut. Teguh Cs,kembali kerumah dengan perasaan lega, karena usah mereka menangkap pencuri berhasil.
***

You May Also Like

0 komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya