Beginilah kisah nya, menyambung cerita kemaren tentang antusianya keponakan bertanya tentang kisah ku saat orientasi di awal menjadi putih abu-abu. Dan akhirnya aku pun menginjakkan kaki di tanah koto baru ini, sekolah berasrama dengan sejuta kenangan. Sebuah sekolah bernama Madrasah Aliayah Negeri di desa koto baru Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Di desa yang terletak pada perbatasan antar kota Bukit tinggi dengan Padang panjang, kurang lebih 10 kilometer ke bukititnggi dan kurang lebih 10 kilomater ke kota padang panjang. Madrasahku ini elok letaknya berada di tepi jalan lintas sumatera. Sungguh banyak kenderaan yang berlalu melintasi jalananan ini, Truk besar yang kami sebut puso dan hendak mengantarkan barang ke provinsi lain bahkan untuk keJakarta juga melewati sekolah kami, kawan nak ke Padang pun juga melewati jalanan ini. Nan membuat cantik desa ini di apit oleh dua buah gunung nan menjadi ikon sumatera barat, gunung merapi disebelah timur dan gunung singgalang di sebelah barat, kedua gunung yang saling berhadap-hadapan menambah indahnya panorama desa ini. Apalagi di tambah dengan udara nan sejuk serta hawa berkabut di pagi hari.
Dan next cerita kita berlanjut, padahal awalnya mau cerita soal masa orientasi siswa ketika saya di aliyah, tapi kok malah cerita dari zaman krucil.. tapi tak apalah, ini adalah muqadimah atau titik awal aku melangkah menuntut ilmu menuju ke sumatera barat. Ini lah sebab musabab ngapa aku nya punya keinginan kuat untuk sekolah Agama di Padang sana.
Hal ini bermula ketika ketekunan ku belajar agama di Madrasah Diniyah Awaliayah (MDA) masjid At Taqwa di jalan Sumatera itu, pemahaman agamaku agak sedikit lebih banyak di bandingkan dengan taman- teman di sekolah. Setiap minggu pagi, pas acara didikan shubuh, aku selalu tampil kedepan : pidato, kalo tidak jadi Mc, Kalo tidak baca hafalan surat pendek. Konsep pidato untuk aku yang seukuran anak SD udah bikin sendiri itu luar biasa, nyontek di belutin khutbah jum’at yang selalu di bawa ayah. Berbagai macam lomba aku ikuti saat masih di MDA,mulai dari lomba : pidato, praktek sholat, hapalan surat pendek,hafalan do’a harian, karena setiap acara hari besar Islam Mesjid kami selalu mengadakan berbagai macam lomba. Aku juga sering di utus untuk mengikuti lomba antar mesjid yang biasa nya di adakan di Mesjid Raya untuk sekota Tanjungpinang. Berbagai prestasi aku ukir saat itu di zaman SD, di tambah lagi prestasi di sekolah tak pernah keluar dari rangking tiga besar di kelas. Namun masa – masa kegemilangan itu nampaknya hanya sebatas zaman sekolah dasar.
Nah,karena sepertinya aku lebih minat pada bidang agama, maka saat itu di kota Tanjungpinang ini, geliat agama tidak seperti sekarang, dulu nya belum ada pondok pesantren. Yang ada di Jawa atau pun di sumatera, tapi nampaknya, Ibuku gak akan rela anak nya baru tamat SD di lepas jauh-jauh. Sekolah Islam terpadu seperti SMP IT saat ini pun dulu nya belum ada. Makanya keinginan satu – satu nya ketika itu adalah masuk MTs N (Madrasah Tsanawiyah ). Teman – teman di SD tak ada yang minat masuk ke Mts ini, apalagi teman di MDA, hanya aku seorang sahaja yang minat, padahal aku anak juara lah istilah nya pada waktu itu, tak lepas dari tiga besar di kelas walau tak juara umum,di kenal sebagai anak juara. Semua terheran-heran karena Mts ini adalah tempat anak – anak buangan istilah nya, anak – anak dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) rendah dan tak jebol masuk SMP negeri, maka masuklah mereka ke Mtsn ini.
Baru saja nonton tentang sang pemimpi di trans tv,teringat masa 15 tahun yang lalu saat masih mengenakan putih abu-abu, pas pula dua hari yang lalu ponakan cowok main kerumah dan betapa senangnya dia bercerita karena sebentar lagi seragamnya akan berubah menjadi putih abu-abu, yang paling membuat gembira adalah keterimanya dia SMA favorit/unggulan di kota kami dengan itu akan mengantarkan cita – cita nya untuk menjadi seorang dokter. Tak pelak saat itu dia bertanya tentang masa orientasi siswa (MOS) di saat aku sekolah dulu, maka mengalirlah alunan cerita indah, suka duka selama menjalani masa-masa kehidupan diasrama dari lisan ini, yang menjadi kenangan tersendiri bagi ku.
Akan sangat disayangakan, jika kisah itu hanya keluar dilisan sahaja,maka alangkah baiknya jika setiap episode penggalan sejarah hidup, suka maupun duka, di ukir oleh tinta sejarah supaya dapat di baca anak cucu nantinya. Nah berhubung, kegiatan isi mengisu blog lagi mandek alias kehabisan ide, padahal udah ada judul- judul yang mau di tulis duluan seperti tour kami ke sumatera barat dua bulan lalu yang belum rampung : danau kembar, Jalan cubadak, Ikan larangan dan banyak lagi, tour ke kebatam juga. Tapi nampaknya cerita tentang sekolah begitu menggebu ingin di tuangkan, maka jadilah malam ini aku kembali lembur untuk bercerita.
Nah simak baik-baiknya …
Sedikit tentang masa kecil, aku lahir dan di besarkan di sebuah kota kecil di pelosok pulau daerah provinsi Riau bernama Tanjunpinang, semasa aku lahir pada tanggal 26 Desember tahun 1983 jam 10 pagi di Rumah sakit Umum daerah, pada saat itu sedang ada peresmian Tanjungpinang menjadi KOTIP (kota adminstratif) dan peresmian gedung kacapuri, jadi sebenarnya saat pemerintah mengadakan peringatan hari kotip tanjungpinang, bersamaan dengan hari lahir ku dan usia kotip tanjungpinang juga seuisia umurku.. (abaikan saja)
Dewan Kesenian Jakarta menyelenggarakan Sayembara Novel DKJ
2016. Penyelenggaraan ini diharapkan dapat melahirkan penulis-penulis Indonesia
dengan karya bermutu. Persyaratan sebagai berikut:
KETENTUAN UMUM
- Mengisi
formulir pada tautan daring http://bit.ly/formulirsayembaradkj2016 dan
mengirimkan kembali kepada panitia penyelenggara.
- Peserta
boleh mengirimkan lebih dari satu naskah.
- Naskah
belum pernah dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik sebagian maupun
seluruhnya.
- Naskah
tidak sedang diikutkan dalam sayembara serupa.
- Naskah
ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik.
- Tema
bebas.
- Naskah adalah karya asli, bukan saduran, bukan jiplakan (sebagian atau seluruhnya).
Ini cerita tentang kucing, kucing jantan belang dua, bernama Dolpin. Tuannya Dolpin adalah keponakan ku, karena masa libur sekolah telah tiba ada moment Ramadhan pula, kakak ipar beserta anaknya mudik ke rumah omanya di Pekanbaru. Seperti kami yang juga mudik ke youdowinangun sejak awal Ramadhan lalu. Dan Dolpin dititipkan ke rumah ayahku sekitar seminggu Ramadhan.
Dulu semasa almarhum ibu masih ada kami juga punya hewan peliharaan, tapi bukan kucing melainkan berekor-ekor ayam, ada ayam jantan juga ayam betina beserta anak – anak ayam yang suka berkeliaran. Pagi dan Sore adalah tugasku memberi makan ayam dengan semok beras ukuran kaleng susu, mudah saja memberi makan ayam, cukup ke halaman rumah dengan membawa sekaleng susu beras dan berseru “Kru kru kru kru” maka seluruh ayam – ayam datang berhamburan berebut makanan nya. Itu cerita tentang ayam. Tapi kini kita cerita tentang dolpin si kucing jantan berbelangg dua. Cerita lagi tentang dulu semasa SD, sepupu laki – laki yang seumuran dengan ku, juga suka kucing, tapi dia ini tak pandai menjaga apalagi mengurus kucing. Setiap kucing yang di temuinya selalu di elus-elus hingga banyak kucing yang datang kerumah, kalo hanya sekedar memberi makan kucing tak masalah, tapi ada hal yang bikin kesal, sepupuku ini tak pandai dia mengajarkan kucing untuk eek di luar dan sebagainya. Akhirnya rumah kami keseringan ada kotoran kucing, kadang juga muntah kucing. Anehnya kucing yang datang kerumah kami selalu kucing betina, hingga kucing melahirkan pun ada jyga saat itu. Ketika aku dulu mengutarakan maksud ingin juga memelihara kucing, tapi ibu ku bilang “jangan” sebab beliau sewaktu kecil pernah punya pengalaman dicakar oleh kucing peliharaan ibu. Oleh sebab itu kami tak mau pelihara kucing.
TEMA:
“Keterlibatan Publik dalam Aktiyitas Pendidikan dan Kebudayaan"
Subtema:
- Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
- Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
- Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
- Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa
- Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas
- Birokrasi dan Pelibatan Publik
PT
Wijaya Karya Tbk (Persero) atau yang biasa disebut PT
WIKA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang konstruksi
bangunan di Indonesia, perusahaan ini merupakan hasil nasionalisasi perusahaan
Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis
en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal
11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.
Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi
pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di
awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil
dan bangunan perumahan. Perusahaan memasuki babak baru pada 20 Desember 1972.
Perusahaan berubah status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero).
PT
Wijaya Karya (WIKA) pada saat ini memiliki 6 Strategic Business Unit (SBU) yang
meliputi konstruksi (Kontruksi sipil dan konstruksi Bangunan Gedung), Mekanikal
elektrikal, Industri Beton Pra cetak, Real Estate dan Industri Lainnya yang ke
depannya akan semakin terintegrasi menjadi perusahaan Engineering Procurement
Construction (EPC) dan Investasi. Pertumbuhan terus menerus, dimana PT Wijaya
Karya (WIKA) Indonesia telah berdiri selama lebih dari empat puluh tahun,
adalah cerita Succsess yang mencerminkan komitmen menjulang dan kerja keras
dari tenaga kerjanya. Memasuki abad ke-21, PT Wijaya Karya (WIKA) berusaha
untuk memajukan kinerjanya dalam setiap aspek, mulai dari manajemen, Sumber
Daya Manusia, lebih sangat terstruktur inovasi dan teknologi .