DOLPIN Si Belang Dua

by - July 01, 2016

Ini cerita tentang kucing, kucing jantan belang dua, bernama Dolpin. Tuannya Dolpin adalah keponakan ku, karena masa libur sekolah  telah tiba ada moment Ramadhan pula, kakak ipar beserta anaknya mudik ke rumah omanya di Pekanbaru. Seperti kami yang juga mudik ke youdowinangun sejak awal Ramadhan lalu.  Dan Dolpin dititipkan ke rumah ayahku sekitar  seminggu Ramadhan.
Dulu semasa almarhum ibu masih ada kami juga punya hewan peliharaan, tapi bukan kucing melainkan berekor-ekor ayam, ada ayam jantan juga ayam betina beserta anak – anak  ayam yang suka berkeliaran. Pagi dan Sore adalah tugasku memberi makan ayam dengan semok beras ukuran kaleng susu, mudah saja memberi makan ayam, cukup ke halaman rumah  dengan membawa sekaleng susu beras dan  berseru “Kru kru kru kru” maka seluruh ayam – ayam datang berhamburan berebut makanan nya. Itu cerita tentang ayam. Tapi kini kita cerita tentang dolpin si kucing jantan berbelangg dua. Cerita lagi tentang dulu semasa SD, sepupu laki – laki yang seumuran dengan ku, juga suka kucing, tapi dia ini  tak pandai menjaga apalagi mengurus kucing. Setiap kucing yang di temuinya selalu di elus-elus hingga banyak kucing yang datang kerumah, kalo hanya sekedar memberi makan kucing tak masalah, tapi ada hal yang bikin kesal, sepupuku ini tak pandai dia mengajarkan kucing untuk eek di luar dan sebagainya. Akhirnya rumah kami keseringan ada kotoran kucing, kadang juga muntah kucing. Anehnya kucing yang datang kerumah kami selalu kucing betina, hingga kucing melahirkan pun ada jyga saat itu. Ketika aku dulu mengutarakan maksud ingin juga memelihara kucing, tapi ibu ku bilang “jangan” sebab beliau sewaktu kecil pernah punya pengalaman dicakar oleh kucing peliharaan ibu. Oleh sebab itu kami tak mau pelihara kucing.

Ada suasana sedikit lain dari biasa ketika dolpin berada di rumah. Dalam hal  ini kami harus mengurusnya seperti : memberinya makan, pagi, siang, sore dan malam. Jika tidak maka dolpin akan terus merengek. Tapi dolpin ini berbeda dari kucing-kucing yang ada di rumah kami dulunya. Dolpin kucing jantan , berarti di tidak akan hamil apalagi melahirkan ( karena itu tidak akan ada anak kucing yang berkeliaran nantinya), dan dolpin pun udah pandai pula membuang eeknya di luar, jadi tidak di temui kotoran kucing di dalam rumah. Jika malam tiba kami tak tega membiarkan nya diluar, jika kami mengurungnya di  luar maka dia akan mengetuk-netuk mulutnya pada kaca jendela. Jadi setiap malam kami sengaja membuka jendela agar dolpin bebas untuk keluar masuk. Kucing jantan belang dua ini paling senang mengisap kain sarun, apalagi saat aku shalat, dia selalu menghisap  - isap ujung sarung yang hampir berdekatan dengan kaki.Jika tidur pun dia memilih untuk tidur di tempat tidur bertemankan dengan kain sarung.
Ada hal yang membuat takjub dengan hewan kesayangan Nabi Muhammad ini. Suatu ketika  aku terjaga di tengah malam karena kehausan, lantas aku  menuju dapur mengambil air minum, Kulihat dolpin tengah berjaga sambil bergerak-gerak memainkan sesuatu, lama ku amati benda yang di mainkan dolpin ini, hitam seperti cacing dan panjang sekitar 15 centi, lama di  perhatikan ternyata itu ular kecil. Masyaallah, rupanya  hewan ini berusaha untuk memakan ular tersebut, jika  tak ada hewan penjaga, mungkin bisa saja ular kecil tersebut masuk ke kamar dan lainnya.  Allah kuasa dengan menciptakan setiap makhluknya. Setiap malam ku lihat dolpin selalu berjaga di dapur, seperti mengamati sesuatu yang bergerak-gerak, barangkali tikus – tikus di loteng sudah mulai ketakutan. Kadang kita mengannggap kucing adalah hewan malas yang kerja nya hanya tidur-tiduran jika kenyang, namun ketahuilah bahwa pada siang hari di tampak banyak tidur, ternyata di malam hari dia terjaga untuk menjaga rumah tuannya.Sejak itu aku mulai paham mengapa hewan satu ini menjadi hewan kesayangan Nabi Muhammad. 
Tambahan lagi, banyak mitos yang menggangap kalau kucing menyebarkan virus tokso,bulunya menyebabkan Asma dan lainnya, barangkali ini hanya propaganda saja agar manusia tidak mau memelihara kucing, karena kucing adalah kesayangan nabi Muhammad.
Dan inilah fakta  Ilmiha seputar kucing :
Keistimewaan Kucing
Nabi menekankan di beberapa hadits bahwa kucing itu tidak najis. Bahkan diperbolehkan untuk berwudhu menggunakan air bekas minum kucing karena dianggap suci.Kenapa Rasulullah SAW berani mengatakan bahwa kucing suci, tidak najis? Lalu, bagaimana Nabi mengetahui kalau pada badan kucing tidak terdapat najis?
Fakta Ilmiah 1
Pada kulit kucing terdapat otot yang berfungsi untuk menolak telur bakteri. Otot kucing itu juga dapat menyesuaikan dengan sentuhan otot manusia.
Permukaan lidah kucing tertutupi oleh berbagai benjolan kecil yang runcing, benjolan ini bengkok mengerucut seperti kikir atau gergaji. Bentuk ini sangat berguna untuk membersihkan kulit. Ketika kucing minum, tidak ada setetes pun cairan yang jatuh dari lidahnya. Sedangkan lidah kucing sendiri merupakan alat pembersih yang paling canggih, permukaannya yang kasar bisa membuang bulu-bulu mati dan membersihkan bulu-bulu yang tersisa di badannya.
Fakta Ilmiah 2
Telah dilakukan berbagai penelitian terhadap kucing dan berbagai perbedaan usia, perbedaan posisi kulit, punggung, bagian dalam telapak kaki, pelindung mulut, dan ekor. Pada bagian-bagian tersebut dilakukan pengambilan sample dengan usapan. Di samping itu, dilakukan juga penanaman kuman pada bagian-bagian khusus. Terus diambil juga cairan khusus yang ada pada dinding dalam mulut dan lidahnya.
Hasil yang Didapatkan
  1. Hasil yang diambil dari kulit luar tenyata negatif berkuman, meskipun dilakukan berulang-ulang.
  2. Perbandingan yang ditanamkan kuman memberikan hasil negatif sekitar 80% jika dilihat dari cairan yang diambil dari dinding mulut.
  3. Cairan yang diambil dari permukaan lidah juga memberikan hasil negatif berkuman.
  4. Sekalinya ada kuman yang ditemukan saat proses penelitian, kuman itu masuk kelompok kuman yang dianggap sebagai kuman biasa yang berkembang pada tubuh manusia dalam jumlah yang terbatas seperti, enterobacter, streptococcus, dan taphylococcus. Jumlahnya kurang dan 50 ribu pertumbuhan.
  5. Tidak ditemukan kelompok kuman yang beragam.
  6. Berbagai sumber yang dapat dipercaya dan hasil penelitian laboratorium menyimpulkan bahwa kucing tidak memiliki kuman dan mikroba. Liurnya bersih dan membersihkan.
Komentar Para Dokter Peneliti
  1. Menurut Dr. George Maqshud, ketua laboratorium di Rumah Sakit Hewan Baitharah, jarang sekali ditemukan adanya kuman pada lidah kucing.
  2. Jika kuman itu ada, maka kucing itu akan sakit.
  3. Dr. Gen Gustafsirl menemukan bahwa kuman yang paling banyak terdapat pada anjing,
  4. Manusia 1/4 anjing, kucing 1/2 manusia.
  5. Dokter hewan di rumah sakit hewan Damaskus, Sa’id Rafah menegaskan bahwa kucing memiliki perangkat pembersih yang bemama lysozyme.
  6. Kucing tidak suka air karena air merupakan tempat yang sangat subur untuk pertumbuhan bakteri, terlebih pada genangan air (lumpur, genangan hujan, dll)
  7. Kucing juga sangat menjaga kestabilan kehangatan tubuhnya. Ia tidak banyak berjemur dan tidak dekat-dekat dengan air.
  8. Tujuannya agar bakteri tidak berpindah kepadanya. Inilah yang menjadi faktor tidak adanya kuman pada tubuh kucing.
Fakta Ilmiah 3
Dan hasil penelitian kedokteran dan percobaan yang telah di lakukan di laboratorium hewan, ditemukan bahwa badan kucing bersih secara keseluruhan. Ia lebih bersih daripada manusia.
Fakta Ilmiah Tambahan
Zaman dahulu kucing dipakai untuk terapi. Dengkuran kucing yang 50Hz baik buat kesehatan selain itu mengelus kucing juga bisa menurunkan tingkat stress.
Sisa makanan kucing hukumnya suci. Hadist Kabsyah binti Ka’b bin Malik menceritakan bahwa Abu Qatadah, mertua Kabsyah, masuk ke rumahnya lalu ia menuangkan air untuk wudhu. Pada saat itu, datang seekor kucing yang ingin minum. Lantas ia menuangkan air di bejana sampai kucing itu minum.
Kabsyah berkata, “Perhatikanlah.” Abu Qatadah berkata, “Apakah kamu heran?” Ia menjawab, “Ya.” Lalu, Abu Qatadah berkata bahwa Nabi SAW prnh bersabda, “Kucing itu tidak najis. Ia binatang yang suka berkeliling di rumah (binatang rumahan),” (H.R At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).



You May Also Like

0 komentar

Terima Kasih Atas Kunjungannya