Sendy Hadiat , Perempuan Tangguh Penderita Bipolar Disorder

by - November 25, 2017

Aksi lepas hijab yang dilakukan oleh Rina Nose mungkin akan mengingatkan kita tentang peristiwa beberapa tahun silam. Aksi serupa pernah dilakukan oleh Andriani Marshanda atau yang lebih dikenal dengan Marshanda selepas bercerai dengan suaminya, Ben Kasyafani. Padahal, saat itu Marshanda sedang menjadi brand ambasador dari sebuah produk kecantikan yang mengedepankan produk halal dan syar’i. Sebelum menggenakan hijab ditahun 2009, Chaca begitu sapaan akrabnya, juga pernah menggunggah video di youtube dengan meluahkan kemarahan kepada teman-temannya, juga kekecewaan yang mendalam  atas perceraian kedua orang tuanya semasa dia kecil.
Marshanda mengaku, menumpahkan segala unek-unek yang terpendam akan membuat hatinya lega. Mood-nya sering berubah-rubah, bahkan pernah tidak bisa tidur selama dua minggu. Dokter mendiagnosa bahwa Mashanda mengalami depresi dan gangguan psikologis berupa bipolar disorder.    
Bipolar bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda usia 20–30 tahun. Bipolar disorder adalah penyakit psikologis yang ditandai dengan perubahan mood atau alam perasaan yang sangat ekstrem. Gangguan ini menyebabkan suasana penderita bisa berganti secara tiba-tiba, yaitu merasa sangat sedit (fase depresi) dan sangat bahagia (mania). Perubahan itu terjadi secara ektrem, bahkan berdampak pada kecenderungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Adalah Sendy Hadiat, seorang wanita berusia 33 tahun, yang juga mengalami gangguan bipolar disorder. Perempuan bernama asli Sendy Winduvitri ini telah berhasil keluar dari cengkeraman penyakit yang dideritanya sejak didiagnosa tahun 2012. Ketika dia tengah berjuang melawan penyakit ini, pada saat bersamaan keluarga besarnya pindah ke Amerika. Akibatnya, Sendy kesepian dan merasa  sendiri.
Ibarat bom waktu, masalah demi masalah terus menerpanya. Kepergian sang Papa pada tahun 2015 membuat jiwanya semakin tergoncang. Orang-orang di sekitarnya tak begitu memahami akan penyakit yang diderita wanita kelahiran tahun 1984 ini.  Bahkan, sang suami pun pada mulanya tidak mengerti akan gangguan bipolar yang dialami Sendy. Tak ingin berlama-lama menderita penyakit ini, Sendy mulai mencari tahu dan mempelajari segala sesuatu tentang bipolar disorder serta bagaimana cara berdamai dengan penyakit tersebut.
Pada Juni 2017, Sendy mulai berobat ke psikiater yang ada di Yogyakarta. Perlahan sang suami mengerti akan gangguan bipolar yang diderita Sendy. Bahkan, sang suami selalu menguatkan dan menyemangati dirinya untuk terus berjuang melawan penyakitnya. Perjalanan melawan penyakit mulai mendekatkan dirinya kepda Sang Pencipta. Kini, Sendy  mulai menjadi pribadi yang matang, tabah, dan penuh rasa syukur. Ia  bisa menerima  bipolar diorder sehingga jiwanya merasa berarti dan bahagia.
Kisah hidupnya dalam berjuang melawan bipolar dicurahkan dalam sebuah buku yang berjdul Menemukan-Mu dan Menemukannya. Buku ini merupakan hasil keikutsertaannya dalam Private Writing Choaching bersama Indscript Creative. Buku yang ditulis dalam dua hari ini tak hanya berisi kisah hidupnya, tapi juga sarat akan pesan moral. Buku ini dijual seharga Rp100.000, namun selama masa pre order hingga 7 Desember mendatang, buku ini bisa didapatkan dengan harga khusus yaitu Rp79.000.  Saya yakin, buku ini sangat dibutuhkan untuk kita yang pada akhirnya harus bisa memahami sesama, apalagi orang-orang yang berada dalam dilema bipoler disorder.


You May Also Like

22 komentar

  1. Mengetahui info ini samgat membantu bila ada teman dan kelg yang mengalami

    ReplyDelete
  2. Perempuan hebat yang berbagi energi walaupun memiliki penyakit Bipolar.

    ReplyDelete
  3. Buku yg menginspirasi,perjuangan yg sungguh-sungguh akan membuahkan hasil

    ReplyDelete
  4. Terbayang beratnya menjadi ODB saat orang-orang sekitar tidak mendukung, justru menjafi stressor. Mbak Sendy berhasil melalui ini bahkan bisa menerbitkan buku. Selain hebat, entah kata apalagi untuk mendeskripsikannya.

    ReplyDelete
  5. Menulis adalah healing. Kisah mb Sendy sangat menginspirasi. Semoga semakin banyak orang yang memahami apa itu bipolar disorder.

    ReplyDelete
  6. Indpiratif kisahnya..Sendy Hadiat perempuan tangguh yang ingin perempuan lain penyandang bipolar yang lainnya juga sembuh..Salut!

    ReplyDelete
  7. Menulis sebagai terapi jiwa. Mungkin apa yang dilakukan mbak sendy bisa menjadi contoh perempuan-perempuan lainnya.

    ReplyDelete
  8. Inspiratif dan sangat menggugah kesadaran utnuk peduli dengan pengidap bipolar.

    ReplyDelete
  9. 2012-2017 , 5 tahun yang berat tentunya ya. Jangankan penderita, orang terdekat pasti melewatinya dengan bingung. Alhamdulillah sudah sembuh....

    ReplyDelete
  10. Bipolar justru membuat mbak Sendy makin kuat. Semangatnya luar biasa👍

    ReplyDelete
  11. Wow perjuangannya👍. Semakin luar biasa karena mba Sendy menghadapinya sebagai ODB.

    ReplyDelete
  12. Semoga dengan terbitnya buku karya Mba Sendy ini banyak sahabat Indonesia yang lebih paham tentang bipolar terutama mereka yang terindikasi gangguan yang sama.

    ReplyDelete
  13. Perjuangan yang berat menghadapi bipokar ya mbak

    ReplyDelete
  14. Sebuah kisah ketangguhan yang memang layak dibukukan. Semoga membawa berkah bagi mbak Sendy sekeluarga dan tambahan pengetahuan untuk kita sebagai pembacanya.

    ReplyDelete
  15. Betul-betul tsngguh mba Sendy ini.. Masya Allah...

    ReplyDelete
  16. Betul-betul tsngguh mba Sendy ini.. Masya Allah...

    ReplyDelete
  17. Buku Menemukan-Mu dan Menemukannya pasti sangat menginspirasi dan sarat ilmu.

    ReplyDelete
  18. Beruntung Mbak Sendy bisa menemukan masalah yang ada di dalam dirinya. Meskipun tanpa dukungan keluarga, bisa dihadapi dengan dukungan suaminya.

    ReplyDelete
  19. Memang mba Sendy perempuan yang tangguh ya, semoga dengan buku ini pembaca dapat terinspirasi. Seorang yang mengalami gangguan perlu dukungan.

    ReplyDelete
  20. Perjuangan Mba Sendi luar biasa. Bukunya menginspirasi. Barakallah.

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungannya