Bu Guru Mengapa Saya di Larang Berjualan ?
Di akhir pekan seperti biasa, kami di jumput oleh kakak saya untuk mengabiskan weeknd
di rumah orangtua saya, sebelum sampai dirumah ayah, kami singgah di swalayan. Ibuk begitu sebutan anak – anak kepada kakak saya membelikan mereka sekotak cokelat coki-coki. Seperti minggu lalu
anak-anak telah sukses berjualan coki-coki kepada teman-tamannya disekolah, dan
semangat itu kemballi lagi. Sesampainya dirumah cokelat coki-coki, dibagi lagi masing-masing
mendapatkan 5 cokelat untuk di jual kepada teman-temannya disekolah.
Tepat hari selasa anak-anak ready kesekolah dengan membawa 5 seorang
coki-coki beserta kartu boiboiboy. Saat jam pulang sekolah saya menunggu di gerbang sekolah. Awal keluar dari gerbang adalah Kak Hafizah mengahampiri saya dan lansung berucap “Umi, nggak boleh
berjualan lagi kata buk guru” si kakak yang telah sukses melobi teman-temannya
untuk membeli 5 coki-coki pada hari itu, di panggil bu guru kedepan kelas lalu di peringatkan untuk tidak berjualan lagi.
Kemudian si adik, Bang Atqa menyusul keluar gerbang dan menghampiri saya, dan berkata
“Umi coki-coki nya di beli semua sama bu guru, buk guru bilang nggak boleh
jualan lagi di sekolah, kesekolah untuk belajar bukan untuk berjualan”. Seketika
itu saya menjawab, ntar bilang sama bu Guru ya, jualan itu juga sama dengan
belajar, belajar ber bisnis”. Ucap saya
menahan kesal.
Dalam perjalanan pulang, saya tak habis pikir, mengapa berdagang di
sekolah mengganggu pelajaran? Anak saya
bukan membuka lapak dengan membawa barang dagangan yang banyak, sehingga menggangu kegiatan belajar hanya 5 batang
coki-coki yang dia jual kepada teman-temannya. Tampak rona kebahagiaan dari
sorot mata mereka saat memperlihatkan
uang dari hasil berjualan, mereka bangga sebab terlah berhasil mendapatkan uan dari hasil jerih payah mereka. Untuk
menghilangkan kekecewaan, saya lansung berujar, ya sudah nanti kita
jualan di rumah saja, kan banyak teman-teman. Saya jadi teringat kejadian 23
tahun yang lalu saat saya masih duduk di kelas 4 sekolah dasar, saat itu ibu selalu membuatkan kue donat untuk saya
jualkan di kelas, hal itu juga di lakukan diam-diam sebab takut ketahuan guru.
Saya jadi heran mengapa sebagian guru-guru
di sekolah N*g*r*i belum berpikiran maju. Dengan melarang anak-anak untuk
berdagang kecil-kecilan dan tentu tidak mengganggu waktu belajar.
Saya pernah mengajar di SMP IT, sekolah swasta yang terdiri dari anak-anak
ekonomi menengah ke atas, ada satu anak
murit saya, tidak gengsi berjualan nasi bungkus untuk
makan siang buatan ibu nya, sementara guru-guru juga banyak yang membeli nasi
anak tersebut. Lain lagi yang di bawa oleh kedua keponakan saya, mereka juga
bersekolah di sekolah swasta Islam, setiap hari tanpa gengsi mereka membawa pudding
sedot buatan uminya untuk di titipin di
kantin sekolah, padahal ayah mereka adalah seorang pimpinan Bank. Saya juga
mempunyai seorang teman di facebook,
karena nama panjang kami hampir sama dia
meng add pertemanan dengan saya, profesinya adalah seorang dokter, dengan aktivitasnya kesehariannya, teman tersebut masih sempat membuatkan es
lilin untuk di jualkan anak nya di sekolah, lagi-lagi di Sekolah Swasta. Mereka
membawa dagangan kesekolah tanpa rasa gengsi dan malu, apa karena mereka kurang
mampu? pasti jawabannya tidak, sebab melihat dari profesi orang tuanya sanggat
mustahil orangtua memaksa anak-anak
mereka untuk berdagang karena terdesak akan kebutuhan hidup. Saya yakin tujuannya adalah melatih kepercayan diri
serta kemandirian sejak kecil.
Dengan berdagang kecil-kecilan si anak bisa belajar secara sistematis :
Menghitung nilai barang sesunggunnya. Anak dapat mengevaluasi kelayakan barang
yang akan di jual, bisa laku atau tidaknya sutau barang. Memiliki teknik
penjualan yang efektif dan mengerti cara bagaimana memperlalukan uang
Jika yang di maksud oleh bu guru tersebut kuatir mengganggu kegiatan belajar, Apa sebaiknya pihak sekolah menyediakan waktu satu hari dalam seminggu untuk mengadakan "market day" dimana setiap anak membawa barang dagangan yang di buat oleh orang tua mereka lalu mengadakan transaksi jual beli sesama mereka. Sebagai bentuk kampaye akan jajanan sehat agar tidak jajan sembarangan.
Bagi saya bukan soal berapa untung yang mereka dapatkan, tapi melainkan untuk
melatih kemandirian mereka, serta belajar bagaimana menjualkan dan meyakinkan
teman untuk membeli barang yang mereka jual, melatih kepercayaan diri juga
merangsang anak agar peka terhadap kehidupan sosialnya.
Tulisan ini bukan menyinggung
pihak manapun, hanya murni untuk mengeluarkan
unek-unek saya sebagai seorang ibu. Semoga ini menjadi pembelajaran buat kita bersama serta membuka cakrawala berpikir semua orangtua, guru dan pihak sekolah.
3 komentar
Masih ada ya sekolah kayak gini? murid gaboleh jualan?
ReplyDeleteiya bun, di sekolah anak saya begitu, cuma apa ada larangan dari diknas anak - anak di larang berjaualan??
Deleteterimakasih infonya.. seharusnya kegiatan usaha tidak boleh dilarang.. justru itu akan menambah kreativitas anak..
ReplyDeleteTerima Kasih Atas Kunjungannya